Ads

Rabu, 05 September 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 51

Hay Hay rnerasa betapa perutnya menjadi panas. Orang ini sungguh tidak tahu diri, pikirnya. Kalau hanya dia dituduh mata keranjang dan merayu isterinya, hal itu dapat dia hadapi sambil main-main. Akan tetapi sekali ini lain. Cemburu yang tak berdasar dari orang ini telah menjadi sebab kematian kakek yang arif bijaksana dan luhur budi itu! Diapun mulai marah.

"Hemm, kalau menurut engkau, ketika engkau memanahku, aku harus menerima anak panahmu itu tanpa mengelak agar dadaku ditembus dan aku mati konyol, begitukah? Engkau sungguh seorang yang tolol, kepala batu, pencemburu besar. Sungguh mati, aku heran sekali mengapa isterimu dapat mencinta seorang laki-laki tolol macam engkau!"

Laki-laki cebol yang mukanya buruk itu melototkan matanya yang sipit dan hidungnya yang besar itu berkembang, mengamangkan busurnya yang terbuat dari baja dan menghardik.

"Mata keranjang busuk! Sebelum bertemu denganmu, isteriku amat sayang kepadaku, akan tetapi sekarang ia berubah, pemarah dan sikapnya tidak manis lagi. Engkau tentu telah mengguna-gunainya! Sekarang, engkau pula yang menyebabkan aku membunuh kakek tidak berdosa ini, maka kalau tadinya aku hanya hendak membunuhmu, sekarang aku harus membunuhmu dua kali!"

Setelah berkata demikian, dia menerjang dengan busurnya dan terdengar suara berdesing saking kuat dan cepatnya busur itu dia gerakkan.

"Singgg…..!"

Busur itu menyambar ke arah kepala Hay Hay yang bergerak mundur dengan tenang sehingga busur itu menyambar tempat kosong. Kini si pendek itu menyusul, menendang ke arah pusar. Kembali Hay Hay mengelak ke samping, dan sekali ini kakinya mencuat, tepat menendang pinggir sambungan lutut kanan lawan dan si pendek itupun terpelanting. Akan tetapi dia meloncat bangun kembali dan menjadi semakin marah.

"Engkau mata keranjang, engkau jai-hwa-cat (penjahat cabul), kubunuh engkau!" teriaknya dan dia menyerang kalang-kabut dengan penuh kebencian.

Sebetulnya Hay Hay juga marah sekali karena orang ini telah membunuh kakek bijaksana, walaupun dia tahu tidak sengaja. Akan tetapi dia teringat akan isteri si pendek ini, wanita yang manis budi dan lincah jenaka, dan diapun merasa kasihan kepada si pendek ini. Betapa sengsaranya si buruk rupa ini memiliki isteri secantik itu. Tentu selalu tersiksa hatinya oleh cemburu karena merasa rendah diri, merasa bahwa isterinya terlalu cantik baginya, tidak sepadan.

Dia dapat membayangkan betapa si buruk rupa ini setiap saat akan dibakar cemburu, setiap kali isterinya bicara dengan pria lain, bahkan setiap kali isterinya dipandang pria lain! Dan semakin besar cemburu dan pemarahnya, isterinya tentu akan semakin berani bersikap genit dan manis kepada pria lain, walaupun hal itu hanya dilakukan untuk memancing cemburu suaminya!

Dengan tingkat kepandaiannya yang jauh lebih tinggi, beberapa kali Hay Hay merobohkan lawan tanpa melukainya. Si cebol buruk rupa itu diam-diam terkejut dan kagum sekali. Tak disangkanya bahwa pemuda yang dianggapnya penjahat cabul mata keranjang dan yang akan dibunuhnya itu sedemikian lihainya sehingga busurnya tak pernah dapat menyentuhnya, bahkan sebaliknya berulang kali dia roboh, walaupun tidak sampai terluka parah. Namun, teringat akan isterinya yang disangkanya tergila-gila kepada pemuda itu, setiap kali roboh, dia bangun kembali dan menyerang lebih dahsyat!

Hay Hay merasa jengkel juga akan kekerasan hati lawannya. Sungguh tak tahu diri. Seharusnya orang itu tahu bahwa dia telah bersikap lunak dan tidak melukainya, kenapa masih nekat terus menyerang seperti babi buta? Diam-diam Hay Hay mengerahkan kekuatan sihirnya, kemudian membentak dengan suara nyaring.

"Heh, cebol pemarah, lihat isterimu datang! Engkau masih berani marah-marah?"

Si cebol terkejut dan menoleh. Tidak ada siapa-siapa. Ketika dia memandang lagi kepada lawan, dia terbelalak. Kiranya yang berada di depannya adalah isterinya, dan pemuda tadi sudah lenyap entah kemana? Seketika tubuhnya menjadi lemas dan busur itu terlepas dari tangannya. Dia memandang isterinya dengan bingung dan mulutnya hanya mampu berkata heran.

"Kau……, kau…… disini……?”

Dia tadi meninggakan isterinya tanpa memberitahu kemana. Siapa tahu isterinya telah menyusul. Isterinya yang cantik itu lalu mengambil busur yang dilepaskannya tadi. Wajahnya cemberut marah.

"Engkau ini suami tolol, selalu cemburuan dan marah-marah, sungguh menyebalkan hatiku!” Dan isteri yang cantik itu lalu memukul-mukulkan gendewa itu kepada suami!

"Plak! Plak! Plakk!”






Si cebol berusaha menangkis dan mengelak, sama sekali tidak berani melawan walaupun dia tahu isterinya tidak pandai silat. Akan tetapi sungguh mengejutkan hatinya. Biarpun dia sudah mengelak dan menangkis, tetap saja gendewa itu mengenai tubuhnya, di kepala, di pundak, di punggung, paha dan mendatangkan rasa nyeri yang cukup membuat dia berteriak-teriak.

"Sudah……! Sudahlah…..! Aku mengaku bersalah maafkan aku……!" teriaknya sambi1 berusaha melindungi kepalanya.

Akan tetapi isterinya terus saja memukulnya sampai dia babak belur.
"Aku isterimu yang selalu setia, akan tetapi engkau menuduh yang bukan-bukan! Bersumpahlah engkau bahwa engkau tidak akan menuduhku lagi!"

"Aku bersumpah……… aku bersumpah…….!" Laki-laki cebol itu berkata.

Tiba-tiba, setelah pemukulan dengan busur itu dihentikan, terdengar suara ketawa bergelak dan ketika suami itu mengangkat muka memandang, isterinya sudah lenyap dan di depannya berdiri pemuda tadi yang melemparkan busur ke depan kakmya!

"Ehhh……? Bagaimana ini? Dimana isteriku ..... ?”

Dia menjadi bingung sekali, melupakan semua rasa nyeri di tubuhnya yang babak belur dan dia memandang ke sekeliling mencari-cari isterinya.

Hay Hay menghentikan tawanya.
"Isterirnu tidak pernah berada disini, kenapa engkau mencari-carinya?"

"Tapi….. tapi tadi ia marah-marah dan memukul aku…..!”

"Tentu saja, karena engkau bersalah. Ia muncul dalam angan-anganmu untuk menghukummu dan menyadarkanmu."

Laki-laki itu kini memandang kepada Hay Hay dengan bengong.
"Jadi…… engkaukah tadi? Engkau menggunakan sihir! Orang muda, siapakah engkau ini? Pendekar dari mana dan siapa namamu, dari perguruan mana?” Dia mulai merasa kagum dan juga gentar .

"Aku hanya ingin menyadarkanmu dari kesalahanmu, Toa-ko (kakak). Isterimu seorang wanita yang hebat, cantik manis, lincah jenaka dan mencintamu. Akan tetapi engkau akan merusaknya dengan cemburumu yang tidak ketulungan itu! Tentang diriku, namaku bukan hal penting bagimu. Bukankah engkau telah memberi nama Mata Keranjang kepadaku? Nah, julukan itu baik sekali, katakanlah aku mata keranjang, akan tetapi aku bukanlah jai-hwa-cat! Aku tahu, isterimu itu amat baik dan amat sayang kepadamu. Kalau engkau melanjutkan sikapmu yang mempunyai cemburu yang berlebihan, sekali waktu mungkin saja ia akan berubah dan akan benar-benar memilih pria lain!"

Wajah itu menjadi pucat.
"Aihhh…… aku telah bersalah……. aku tidak mau kehilangan isteriku, sama saja dengan kehilangan nyawaku…."

"Hemm, kalau begitu, hilangkan atau kurangi cemburumu. Wanita memang ingin suaminya cemburu karena bagi wanita sikap cemburu suaminya itu membuktikan bahwa suaminya cinta kepadanya dan tidak ingin kehilangan dirinya. Akan tetapi, sikap cemburu itu jangan berlebihan karena ini menimbulkan anggapan bagi wanita bahwa suaminya tidak percaya kepadanya, dan hal itu berbahaya! Engkau harus memperlihatkan sikap melindungi, memiliki akan tetapi jangan mengekang dan membatasi. Engkau harus selalu memujinya, menyenangkan hatinya, bahkan memanjakannya akan tetapi jangan selalu menuruti keinginannya secara membuta sehingga engkau diperbudak olehnya. Engkau harus kelihatan kuat dan berkuasa, akan tetapi jangan menindas. Dengan demikian, isterimu akan selalu memujamu. Wanita ingin dipuji, ingin dimanja, ingin diperhatikan. Kalau engkau bersikap demikian, tentu engkau yang selalu dibayangkannya."

Pria cebol itu bengong, lalu garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Wah-wah-wah, orang muda, engkau benar-benar mencengangkan! Engkau bukan saja berkepandaian tinggi, lihai ilmu silatmu, juga pandai ilmu sihir, akan tetapi juga ahli dalam soal wanita! Aku mengerti sekarang mengapa isteriku kelihatan tertarik kepadamu, karena engkau pandai memuji dan menyenangkan hatinya. Engkau sungguh…… berbahaya bagi wanita-wanita!"

Hay Hay tersenyum.
"Jangan khawatir, kawan. Aku memang suka memuji kecantikan wanita, akan tetapi dalam pujian itu tidak terkandung pamrih ingin merayu dan menggoda, apalagi memilikinya. Aku selama hidupku belum pernah mengganggu wanita, apalagi yang sudah bersuami. Nah, kembalilah kepada isterimu, aku akan mengubur jenazah kakek yang bijaksana ini."

"Aku akan membantumu!" kata si cebol dan mereka lalu sibuk bekerja menggali lubang dan mengubur jenazah kakek yang hanya dikenal oleh Hay Hay sebagai kakek tak bernama itu.

Setelah selesai dan memberi penghormatan terakhir kepada makam kakek itu, si cebol meninggalkan Hay Hay untuk kembali kepada isterinya dengan hati gembira karena telah memperoleh "bekal ilmu" dari Hay Hay untuk membahagiakan isterinya.

Hay Hay sendiri lalu meninggalkan puncak bukit itu, menuju ke Nan-king. Tanpa disengaja, tanpa disangka, dia telah menerima tugas dari seorang kakek yang tidak dikenalnya, akan tetapi yang amat dihormatinya, yaitu untuk mengantar segulung surat dan menyerahkan kepada seorang diantara dua menteri terkenal, yaitu Menteri Yang Ting Hoo atau Menteri Cang Ku Ceng.

**** 51 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar