Ads

Kamis, 06 September 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 56

Karena melakukan perjalanan sambil melacak dan mencari keterangan tentang jejak Hek Tok Siansu, maka Han Siong terlambat tiba di kuil Siauw-lim-si itu. Andaikata dia tidak mengikuti jejak kakek gendut itu dan langsung saja pergi kesana, tentu dia tidak akan terlambat. Baru setelah dia kehilangan jejak kakek itu, dia teringat untuk mencari di kuil Siauw-lim-si di luar kota Yu-shu, di tepi sungai Cin-sha di kaki pegunungan Heng-tuan-san, juga tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mertuanya.

Ketika akhirnya dia tiba di kuil itu, para hwesio masih ingat kepada Han Siong yang dahulu dikenal sebagai seorang sin-tong (bocah ajaib) dan mereka menyambut dengan gembira. Pemuda ini pernah menjadi kacung atau juga pelayan dan juga murid Ceng Hok Hwesio dan karena wataknya yang baik dan penurut, maka semua hwesio di kuil itu menyayangnya.

Dari mereka inilah Han Siong mendengar keterangan yang lebih jelas. Ternyata bahwa Ban Tok Siansu dan Hek Tok Siansu memang benar dahulu merupakan hwesio muda di kuil itu, setelah mereka itu sadar dari penyelewengannya menjadi penjahat-penjahat yang ditaklukkan oleh Ceng Hok Hwesio, kemudian menjadi hwesio dan menerima ajaran agama dari Ceng Hok Hwesio. Kemudian mereka berdua atas petunjuk Ceng Hok Hwesio melakukan perjalanan ke barat, ke Tibet dan India untuk memperdalam ilmu keagamaan mereka.

Sebulan yang lalu, mereka datang sebagai dua orang pendeta yang aneh dan berilmu tinggi. Kedatangan mereka tepat pada hari kematian Ceng Hok Hwesio karena usia tua. Mereka bertanya tentang Ceng Hok Hwesio yang bertapa dan menghukum diri sendiri, dan mendengar tentang Siangkoan Ci Kang dan Toan Hui. Cu, mereka menganggap bahwa kematian Ceng Hok Hwesio adalah karena kesalahan suami isteri yang pernah dihukum di kuil itu

"Mereka juga mengirim seorang diantara kami untuk menyelidiki dimana adanya seorang pendekar yang bernama Tang Hay atau Hay Hay, dan ketika kemarin dulu Hek Tok Siansu pulang, dia membawa jenazah Ban Tok Siansu, setelah jenazah itu diperabukan, dia lalu pergi ke kota raja untuk mencari Hay Hay karena menurut penyelidikan, pendekar itu mungkin sekali berada di kota raja.”

Han Siong merasa kecewa sekali, juga merasa heran. Dia merasa kecewa karena kedatangannya terlambat, dan merasa heran mengapa Hek Tok Siansu mencari Hay Hay! Ada urusan apa pendeta hitam itu dengan Hay Hay?

Ceng Sun Hwesio, yaitu hwesio yang kini menjadi kepala kuil disitu menggantikan Ceng Hok Hwesio yang telah wafat, melihat kekecewaan itu dan diapun berkata,

“Omitohud, apakah engkau mencari obat penawar racun?”

Han Siong kaget dan meloncat bangun, memberi hormat kepada hwesio tua itu dan berseru,

“Bagaimana Losuhu dapat mengetahuinya? Memang benar, saya mencari Hek Tok Siansu untuk minta obat penawar racun!”

"Omitohud, betapa bijaksananya Hek Tok Siansu walaupun nama julukannya menyeramkan. Han Siong, sebelum beliau pergi, telah meninggalkan sebungkus obat dan agaknya beliau telah tahu bahwa tentu engkau akan datang mengejarnya kesini. Beliau berpesan agar obat penawar itu diberikan kepadamu!"

Hwesio tua itu mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dan menyerahkannya kepada Han Siong. Dengan heran dan ragu, akan tetapi penuh harapan, pemuda itu menerima bungkusan dan dengan hati-hati membukanya. Di dalam bungkusan itu terdapat bubuk putih.

"Losuhu, apakah Hek Tok Siansu tidak meninggalkan pesan mengenai obat penawar racun ini?"

"Ada……. ada! Beliau berpesan agar obat ini diminumkan sekaligus sampai habis, dan katanya bahwa Siangkoan Ci Kang harus bertapa disini sampai mati. Kalau dia tidak datang sendiri, kelak beliau akan menjumpainya. Nah, hanya itulah pesannya."






Han Siong mengucapkan terima kasih, kemudian cepat-cepat dia kembali ke Kim-ke-kok. Subonya menerimanya dengan gembira setelah dia menceritakan pengalamannya, akan tetapi guru dan murid ini berhati-hati sekali ketika hendak memberikan obat penawar itu kepada Siangkoan Ci Kang.

Bergantian mereka mencoba dan menjilat obat itu. Setelah yakin bahwa obat itu tidak menganduhg racun, barulah mereka berani memberikan obat itu kepada Siangkoan Ci Kang yang keadaannya rnasih lemah. Ketika sebelum minum obat Ci Kang dilapori Han Siong tentang obat yang oleh Hek Tok Siansu ditinggalkan kepada hwesio di kuil Siauw-lim-si, diapun mengangguk dan mau meminumnya.

Mereka bertiga dapat mengerti jalan pikiran hwesio gendut itu. Tentu hwesio itu tidak rela melihat Ci Kang mati begitu saja oleh racun dan menghendaki agar Ci Kang dan Hui Cu menebus "dosa" dan bertapa di kuil itu sampai mati sebagai hukuman mereka yang menjadi sebab Ceng Hok Hwesio menderita sampai mati!

Han Siong menanti sampai tiga hari setelah suhunya minum obat penawar racun. Dan memang ternyata benar, obat itu manjur sekali. Keadaan Ci Kang membaik dan setelah tiga hari, dadanya tidak terasa nyeri lagi dan kulitnya yang tadinya menghitam, mulai pulih dan bersih kembali.

Akan tetapi ketika dia mencoba untuk mengerahkan sin-kang, ternyata tenaganya lemah bukan main. Tahulah dia bahwa akibat racun yang ganas itu, dia kehilangan tenaganya, dia harus berlatih dan menghimpun kekuatan sin-kang dengan tekun. .

"Engkau pergilah, susul isterimu dan ajak ia pulang," kata Ci Kang kepada mantunya. "Keadaanku sudah membaik, tinggal mengumpulkan tenaga saja."

"Benar, Han Siong. Pergilah kau mencari isterimu dan ajak ia pulang. Kasihan kalian betdua, semestinya menjadi pengantin baru, malah saling berpisah seperti ini," kata Hui Cu.

Han Siong tersenyum dan memberi hormat kepada suhu dan subonya yang kini menjadi ayah dan ibu mertuanya itu.

"Harap, Ayah dan Ibu tidak memikirkan hal remeh seperti itu. Yang penting, Ayah dapat diselamatkan. Saya akan pergi mencari Lian-moi dan kalau sudah jumpa, kami akan berpesiar sebagai bulan madu, mengajaknya ke rumah keluarga saya di Kong-goan, mengunjungi para pendekar kenalan kami yang pernah bekerja sama, kemudian baru kembali kesini."

Siangkoan Ci Kang dan Toan Hui Cu mengangguk-angguk girang dan setelah mengucapkan selamat tinggal, Han Siong lalu meninggalkan Kim-ke-kok, pergi mencari isterinya.

Karena sebelum pergi, Bi Lian dia beritahu agar mencari keterangan tentang Hay Hay ke Cin-ling-pai, maka diapun melakukan pengejaran kesana, walaupun dari para hwesio di kuil Siauw-lim-si dia mendengar bahwa kabarnya Hay Hay berada di kota raja dan Hek Tok Siansu juga pergi kesana. Baginya yang terpenting adalah menemukan isterinya dulu.

**** 56 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar