Ads

Jumat, 07 September 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 65

Hay Hay juga sadar akan keadaan dirinya. Mukanya menjadi merah sekali dan dia memaki diri sendiri. Celaka sekali, pikirnya. Dia telah mendatangkan malapetaka kepada seorang wanita yang amat baik, seorang wanita yang sama sekali tidak berdosa! Tentu pengantin baru itu menghadapi ancaman kemarahan suaminya dan semua keluarga suaminya!

"Keparat busuk, berani engkau mempermainkan isteri orang?" bentak seorang pemuda tinggi besar bermuka hitam. "Engkau telah menghina isteriku, engkau layak dipukul sampai mampus!" kata si muka hitam yang menerjang maju dengan kedua tangan dikepal.

Wah, kiranya si tinggi besar muka hitam ini suami si pengantin baru! Hay Hay tidak sempat berpikir lagi karena orang itu sudah menjotos mukanya. Karena merasa bersalah dan marah kepada diri sendiri, Hay Hay merasa bahwa dirinya memang pantas dipukul, patut dihajar!

"Dukk!!" Pukulan itu keras sekali menghantam pipinya.

"Bukk!" pukulan kedua mengenai dadanya dan tubuh Hay Hay terjengkang, kepalanya menjadi pening.

Dia memang sengaja tidak mengerahkan tenaga apapun dan menerima pukulan-pukulan itu begitu saja untuk membiarkan dirinya dihajar!

Kini belasan orang itu menghujankan pukulan kepadanya. Hay Hay hanya mengelak kalau ada kaki menyambar. Dia sudah memberikan tubuhnya untuk dihajar orang, akan tetapi dia tidak mau menerima tendangan. Pukulan mereka berdatangan dan terdengar suara bak-bik-buk ketika tubuhnya dijadikan bulan-bulan pukulan mereka. Terutama sekali si muka hitam yang marah melihat isterinya tadi didekap dan diciumi, pemuda itu, kini melampiaskan kemarahannya dengan pukulan-pukulan sekuatnya.

Mampus kau, pikir Hay Hay, memaki diri sendiri. Rasakan kau sekarang! Dia merasa tubuhnya remuk-remuk, bibirnya pecah berdarah, matanya berkunang-kunang dan agaknya dia nyaris pingsan. Tiba-tiba terdengar teriakan dan tangis wanita itu.

"Jangan bunuh dia.... ah, jangan bunuh dia.... dia tidak bersalah....!"

Hay Hay membuka lagi kedua matanya yang lebam membengkak dan kehitaman. Dia melihat pengantin baru itu berlutut di dekatnya dan menangis, menutupi muka dengan kedua tangan sambil mita-minta ampun untuk dirinya! Hay Hay merasa terharu sekali! Betapa lembut dan mulia hati wanita ini, dan hampir saja dia tadi menodainya! Betapa jahat dia!

Mendengar jerit tangis wanita itu, belasan orang yang tadi memukulinya menghentikan pemukulan mereka. Orang-orang dusun itu marah, akan tetapi mereka bukan pembunuh. Mereka hanya ingin menghajar laki-laki asing yang mengganggu isteri orang. Mendengar pengantin itu menangis dan memohon agar jangan membunuh laki-laki asing itu, mereka khawatir kalau-kalau mereka membunuh orang. Wajah dan tubuh laki-laki itu sudah benjut-benjut, mukanya berdarah-darah dan babak belur.

Akan tetapi pengantin pria yang tinggi besar dan bermuka hitam itu sudah dibakar api cemburu.

"Kau perempuan tak bermalu! Baru beberapa hari menjadi pegantin sudah menyeleweng dengan laki-laki lain! Engkau mau saja dipeluk dan dicium! Engkau perempuan hina yang layak dihajar!"

Suami Cing Ling yang sudah marah sekali itu melangkah maju menghampiri isterinya yang berlutut sambil menangis, sedangkan kawan-kawannya hanya menonton saja karena kalau suami itu menghajar isterinya, tentu saja mereka tidak berhak mencampuri.

"Tahan dulu.... !"

Hay Hay bangkit dengan muka bengkak-bengkak dan babak belur dan dia berdiri menghadang melindungi wanita itu.

Hal ini membuat si muka hitam menjadi semakin marah. Dia, membelalakkan matanya,
"Jahanam busuk! Apa kau minta mampus? Berani engkau membela isteriku?"

Hay Hay diam-diam mengerahkan kekuatan sihirnya. Bagaimanapun juga, Cing Ling tidak bersalah dan dia harus menolongnya, membebaskannya dari hukuman suaminya dan dia tahu bagaimana harus berbuat. Diapun tertawa bergelak, membuat si muka hitam dan kawan-kawannya terkejut dan heran. Tentu laki-laki asing ini telah menjadi gila, pikir mereka dan merekapun khawatir. Jangan-jangan pemukulan bertubi-tubi tadi membuat dia menjadi gila!

"Ha-ha-ha-ha, kalian ini orang-orang tolol! Kalian tidak tahu siapa aku ini? Lihat baik-baik, aku adalah penjaga sungai ini, aku raksasa penjaga sungai ini, ha-ha-ha!"






Belasan orang itu terbelalak dan muka mereka berubah pucat sekali ketika mereka melihat betapa pemuda yang mereka pukuli tadi kini menjadi tinggi besar seperti raksasa, dua kali lebih tinggi daripada manusia biasa!

"Hei, muka hitam! Berani engkau hendak memukuli isterimu! Wanita itu tidak bersalah, karena tadi ia dan kawan-kawannya mandi disini mengotori tempatku, maka aku sengaja menghukum dan menggodanya. Ia tidak bersalah sama sekali! Engkau tadi memaki aku dan hendak memukul isterimu, ya!? Nah, kubikin engkau jungkir balik, kepala di bawah dan kaki diatas!"

Si muka hitam mengeluarkan teriakan ketakutan, dan belasan orang kawannya juga memandang dengan mata terbelalak dan tubuh menggigil ketika mereka melihat si muka hitam itu tiba-tiba jungkir balik, kaki diatas dan kepala di bawah!

Wanita itupun menurunkan kedua tangan dari depan muka dan memandang. Ia tidak berada dalam pengaruh sihir, maka iapun melihat keadaan suaminya biasa saja, hanya anehnya, suaminya itu nampak seperti orang ketakutan, demikian pula belasan orang dusun.

"Ampun.... ampunkan saya....." Si muka hitam memohon dengan suara gemetar.

Hay Hay tertawa lagi.
"Bersumpahlah bahwa engkau tidak akan memukul isterimu, tidak akan cemburu dan marah kepadanya, dan selama hidupmu akan bersikap manis dan baik kepadanya. Kalau sekali saja engkau melanggar, aku akan datang menghukummu, akan membuat engkau jungkir batik seperti ini sampai engkau mati!"

"Saya bersumpah.... saya bersumpah....." Si muka hitam berkata dengan penuh kesungguhan.

Kini Hay Hay berkata kepada belasan orang teman si muka hitam.
"Dan kalian semua penghuni dusun menjadi saksi. Awas, kalau kalian kelak melihat simuka hitam ini memukuli isterinya, dan bersikap kasar, kalian tidak mencegahnya, maka aku akan datang menghukum kalian dan menyeret kalian semua ke dalam sungai kuberikan kepada setan-setan untuk dimakan hidup-hidup!"

Tentu saja belasan orang itu menjadi semakin ketakutan. Mereka bersama seperti dikomando saja lalu menjatuhkan diri berlutut dan berlomba menjawab dengan cepat,

"Kami berjanji akan mentaati perintah..."

"Bagus! Cing Ling seorang wanita yang baik sekali, tidak bersalah, ia harus diperlakukan dengan hormat dan manis budi. Nah, aku akan kembali ke tempat asalku! Kau, muka hitam, sekali ini kuampuni, berlututlah seperti biasa!"

Dan tiba-tiba si muka hitam merasa dirinya normal kembali, maka dia cepat menjatuhkan diri seperti kawan-kawannya. Mereka semua melihat "raksasa" itu melangkah mendekati sungai, lalu melihat dia terjun ke sungai yang dangkal itu, yang dalamnya hanya sepinggang. Akan tetapi begitu raksasa itu terjun, diapun lenyap!

Setelah mereka semua berani bangkit, si muka hitam lalu menghampiri isterinya yang masih berlutut, menarik bangun isterinya, merangkulnya dan berkata dengan lembut,

"Cing Ling, maafkan aku...."

Juga kawan-kawan suami Cing Ling yang kini menghadapi wanita itu memberi hormat dan berkata,

"Kami juga mohon maaf...."

Cing Ling hanya dapat mengangguk. Ia masih tertegun dan terheran-heran melihat semua peristiwa tadi. Pemuda asing itu tadi amat menarik hatinya, bahkan ia akui bahwa ia terpikat dan terpesona. Kemudian, pemuda itu dihajar habis-habisan tanpa melawan sampai babak belur.

Akan tetapi, pemuda itu lalu mengaku sebagai penjaga sungai dan suaminya, juga belasan orang laki-laki yang tadi menghajarnya, berlutut dan minta-minta ampun! Dan pemuda tampan itu lalu pergi begitu saja setelah meninggalkan pesan dan ancaman agar semua orang menghormatinya, dan agar suaminya selalu bersikap baik kepadanya.

Dan sejak saat itu, Cing Ling diperlakukan seperti dewi, bukan saja oleh suaminya, mertuanya dan seluruh keluarga mertuanya, bahkan seluruh penduduk dusun yang mendengar cerita belasan orang itu, menganggap ia seperti seorang dewi yang dilindungi penjaga sungai!

Sampai-sampai kepala dusun juga menghormatinya. Dan suaminya bukan saja bersikap hormat dan lembut, juga suaminya selalu merasa bangga mempunyai isteri yang dianggap dewi! Cing Ling dihormati, dimanja, dan hidupnya penuh kemuliaan. Akan tetapi, di waktu malam, seringkali wanita ini termenung, teringat kepada Hay Hay. dan perasaan rindu gerogoti hatinya!

**** 65 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar