Ads

Kamis, 13 September 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 73

Agaknya para pimpinan perampok marah-marah melihat tiga orang anak buahnya tewas dan delapan orang lagi luka-luka, apalagi mendengar bahwa laki-laki kulit putih yang menyebabkan anak buah mereka tewas dan luka-luka itu dapat meloloskan diri.

"Ini sudah keterlaluan!" bentak raksasa hitam yang menjadi pemimpin pertama. "Sekarang kita harus menggunakan gadis kulit putih itu untuk membalas dendam. Tidak saja orang kulit putih harus membayar seribu tail perak kepada kita, juga pembunuh itu harus diserahkan kepada kita untuk ditukar dengan gadis itu! Dan kalian semua harus ikut menjaga agar gadis itu tidak dapat lolos, juga tidak ada yang boleh mengganggunya!"

Akan tetapi, satu diantara nafsu yang membuat orang kadang suka menjadi nekat adalah nafsu berahi. Kalau orang sudah dicengkeram nafsu ini, maka dia berani melakukan apapun juga untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, untuk memuaskan nafsunya yang berkobar. Demikian pula dengan Ji Tang, orang ketiga dari lima pimpinan perampok, yang termuda dan yang sejak melihat Sarah, sudah berkobar nafsunya dan dia bertekat untuk mendapatkan gadis itu, walau hanya untuk sejenak. Dia harus dapat memiliki gadis itu sebelum gadis itu dibebaskan.

Lima orang pemimpin gerombolan itu adalah kakak-beradik seperguruan, dan mereka berlima memiliki kepandaian yang cukup hebat sehingga mereka diakui sebagai ketua oleh puluhan orang perampok, dikenal dengan julukan mereka Lima Harimau Cakar Besi!

Biarpun usianya paling muda, namun Ji Tang dalam urusan persaudaraan seperguruan, merupakan orang ketiga. Diapun lihai dan terutama sekali tenaganya yang besar dan pandai sekali memainkan sepasang golok pendek yang selalu terselip di pinggangnya. Akan tetapi dia memiliki suatu kelemahan, yaitu diperbudak oleh nafsu berahinya.

Kalau empat orang saudaranya haus akan kedudukan dan kekayaan, Ji rang selalu haus akan wanita dan dialah orangnya yang selalu menculik wanita, bahkan anak buah yang ingin menyenangkan hatinya, kalau dapat menculik wanita cantik selalu diberikan lebih dahulu kepada Ji Tang. Dan diapun seorang pembosan. Entah berapa banyaknya wanita yang setelah dia miliki untuk beberapa hari, minggu atau bulan, dia campakkan dan dia berikan kepada anak buahnya untuk diperebutkan.

Malam itu sunyi sekali. Bukan hanya sunyi karena malam itu gelap dan angin malam bertiup dingin, akan tetapi juga karena hati semua anggauta gerombolan dicekam ketegangan. Mereka maklum bahwa wanita yang ditawan itu adalah puteri komandan benteng Portugis. Mereka semua siap siaga kalau-kalau akan terjadi penyerbuan pasukan orang asing kulit putih itu.

Tiga buah peti mati berada di ruangan dalam guha yang biasa dipergunakan untuk pertemuan atau latihan silat. Tempat inipun dijaga, dan nampak keluargga dari tiga orang anggauta yang tewas itu berkabung disitu. Lilin-lilin sembahyang bernyala di meja-meja sembahyang yang dipasang di depan tiga buah peti mati.

Biarpun semua anggauta gerombolan itu bersiap-siaga seperti yang diperintahkan oleh para pimpinan mereka, namun hanya sedikit saja yang nampak di luar guha. Malam terlalu dingin dan gelap bagi mereka untuk keluar dari dalam guha tempat tinggal mereka yang hangat. Mereka siap-siaga dalam guha masing-masing, dan hanya pasukan penjaga saja yang melakukan perondaan di luar guha.

"Berhenti! Siapa itu?" bentak kepala peronda yang terdiri dari sepuluh orang ketika mereka melihat sesosok tubuh berjalan dan berpapasan dengan mereka.

"Aku! Jaga baik-baik!" jawab orang itu.

Cahaya lentera yang dibawa seorang diantara para peronda menimpa wajah orang itu dan sepuluh orang peronda itu menarik napas lega.

"Kiranya Ji-toako."

Orang itu memang Ji Tang. Dia melangkah dengan tenang menuju ke arah guha dimana Sarah ditahan. Para peronda melanjutkan perondaan mereka, merasa lebih aman karena seorang diantara para pimpinan mereka agaknya juga melakukan perondaan.

Ji Tang kini tiba di depan guha tempat tahanan dan kembali dia ditegur enam orang penjaga yang melakukan penjagaan di depan guha itu secara bergiliran. Akan tetapi enam orang penjaga ini juga merasa lega ketika mereka melihat siapa yang datang.

"Aku Ji Tang, aku akan melihat keadaan tawanan. Buka pintunya!" perintah Ji Tang dengan suara tegas.

Biarpun enam orang penjaga itu saling pandang karena tadi Coa Gu, ketua pertama yang raksasa hitam itu, telah memesan kepada mereka agar siapa saja tidak diperbolehkan memasuki guha itu.

"Akan tetapi, Ji-toako....."






"Diam! Aku yang datang dan kalian masih ribut? Bukakan pintunya kataku, atau harus kupukul dulu?"

"Maaf, Ji-toako.... maaf....."

Enam orang itu ketakutan dan penjaga yang memegang kunci cepat mengeluarkan kuncinya dan membuka pintu besi guha itu.

"Jaga baik-baik disini dan jangan buka sebelum kupanggil dari dalam." kata Ji Tang yang segera memasuki guha dan menutupkan daun pintu dari dalam.

Penjaga itu cepat menguncinya kembali dari luar karena dengan pintu terkunci mereka merasa lebih aman. Mereka saling pandang dan tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi di dalam kamar tahanan itu. Bagi mereka, bukan hal aneh melihat perbuatan ketua mereka yang nomor tiga ini. Hanya biasanya, peristiwa seperti itu mendatangkan tawa gembira karena mereka menganggapnya lucu, sekali ini ada perasaan khawatir karena mereka sudah dipesan dengan tegas oleh ketua pertama bahwa siapapun tidak boleh memasuki guha itu. Mereka tahu betapa pentingnya wanita kulit putih yang menjadi tawanan. Pintu itu berlapis, dan pintu sebelah dalam berjeruji, akan tetapi yang luar rapat sehingga mereka tidak akan dapat melihat atau mendengar sesuatu yang terjadi di dalam.

"Siapa.....??"

Mereka berenam kembali bangkit dan membentak bayangan yang muncul di depan mereka.

"Bodoh, butakah kalian? Aku Ji Tang. Hayo cepat buka daun pintunya, aku mau masuk memeriksa tawanan!" bentak orang itu.

Enam orang penjaga itu berdiri melongo, memandang kepada orang yang baru muncul. Mereka merasa betapa bulu tengkuk mereka meremang. Mereka menggosok-gosok mata, memandang lagi. Akan tetapi benar. Yang berdiri di depan mereka ini adalah Ji Tang, ketua mereka yang ke tiga. Yang baru saja masuk tadi!

"Tapi... tapi...., Ji-twako.... tapi...." Si pemegang kunci berkata gagap, sebentar memandang kepada Ji Tang dan sebentar kepada pintu yang tertutup itu. "Tadi.... bukankah baru saja Toako masuk....?"

"Kau mimpi! Bicara ngacau-belao!" Ji Tang menggerakkan tangan kanannya menampar. "Plakk!" Penjaga itu ditamparnya dan terpelanting.

"Hayo cepat buka, atau kalian ingin kupukul sampai mampus?"

Kini enam orang itu yakin bahwa mereka tidak mimpi, bahkan yakin bahwa yang berdiri di depan mereka ini adalah Ji Tang asli. Tapi siapa yang tadi masuk? Dengan tangan gemetar, penjaga yang memegang kunci lalu membuka daun pintu. Ketika Ji Tang menyelinap masuk, mereka cepat menutupkan dan mengunci lagi daun pintu itu.

"Aku pergi melapor.... !" kata kepala jaga dan diapun segera lari ke dalam kegelapan malam untuk melaporkan peristiwa yang dianggapnya tidak masuk akal dan amat aneh itu.

Sementara itu, lima orang penjaga yang lain duduk berhimpitan di depan guha, di sudut dan hawa udara bagi mereka terasa semakin dingin sehingga mereka agak menggigil.

Sarah masih tidur pulas, sama sekali tidak tahu bahwa di bawah sinar lentera yang tadi dipasang di dalam guha itu oleh penjaga, kini terdapat seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus yang menghampirinya, lalu berdiri di dekat dipan, mengamati dirinya dengan mata yang lahap. Orang itu menjilat-jilat bibir sendiri ketika memandang ke arah tubuhnya, sikapnya semakin gelisah seperti seekor harimau kelaparan yang siap menerkam kelinci.

Sarah sudah tidur lelap sejak sore tadi, cukup lama. Dan kini agaknya sinar mata orang itu yang menggerayangi tubuhnya, terasa olehnya, seperti menggugahnya. Ia membuka kedua matanya dan begitu melihat laki-laki itu berdiri dekat sekali, dengan mata yang liar, dengan mulut setengah terbuka dari mana keluar napas terengah-engah, iapun terkejut dan cepat bangkit duduk sambil menjauhkan diri.

"Siapa kau? Mau apa kau?" bentaknya.

laki-laki itu tersenyum dan memang wajahnya cukup tampan.
"Nona, aku Ji Tang, ketua ketiga dari kelompok kami. Aku datang karena kasihan kepadamu, Nona. Malam begini dingin dan engkau seorang diri saja. Aku ingin menemanimu, Nona."

"Tidak sudi! Keluar! Aku tidak membutuhkan teman. Enyah kau dari sini!"

Sarah menudingkan telunjuk kirinya ke pintu sedangkan tangan kanannya dikepal. Dalam pandangan Ji Tang yang sedang mabuk berahi, dalam keadaan seperti itu, Sarah nampak semakin menggairahkan. Diapun melangkah maju mendekati.

"Aih, jangan pura-pura, Nona. Aku mendengar bahwa wanita kulit putih memiliki gairah yang besar dan selalu ingin ditemani pria. Marilah, Nona. Engkau akan senang dan akan aman kalau menjadi kekasihku. Tidak ada orang yang akan tahu...." Ji Tang yang sudah tidak tahan lagi, mengulurkan tangan hendak merangkul.

"Bangsat kau! Jahanan busuk!"

Sarah memaki dan wanita itu menggerakkan tangan kanannya memukul. Akan tetapi, sekali sambut saja, pergelangan tangan kanan Sarah sudah ditangkap oleh Ji Tang dan diapun merangkul, lalu menarik tubuh Sarah, diraih dan hendak dicium.

Sarah meronta dan memalingkan mukanya, kemudian kakinya menendang. Ji Tang menyumpah karena tulang keringnya terkena tendangan ujung sepatu yang keras. Dia gagal mencium bibir dara itu, sebaliknya tulang keringnya kena cium!

"Brettt....!"

Baju kemeja itu robek lebar di bagian depan ketika Sarah meronta dan berusaha melepaskan diri dari rangkulan Ji Tang sehingga nampak baju dalamnya yang berwarna merah muda. Melihat tubuh yang molek itu terbayang jelas, nafsu berahi makin berkobar dalam kepala Ji Tang. Namun, tidak mudah menguasai gadis kulit putih itu. Bahkan untuk mendapatkan sebuah ciumanpun amat sukar. Gadis itu meronta, memukul, mencakar dan menendang, tiada ubahnya seekor kucing hendak dimandikan.

Ji Tang menjadi marah. Dua kali dia menampar pipi Sarah, namun dara itu tidak menjadi takut, malah mengamuk semakin kuat. Akhirnya Ji Tang terpaksa menotoknya dan tubuh Sarah terkulai tanpa tenaga lagi. Ji Tang memondongnya dan merebahkannya telentang di atas dipan.

Pada saat itulah Hay Hay memasuki guha itu. Tentu saja dia yang tadi membuat para penjaga terkejut dan terheran-heran karena dalam pandangan mereka, pemuda ini adalah Ji Tang! Tadi Hay Hay yang bersembunyi dekat mulut guha, melihat munculnya Ji Tang yang kemudian memasuki guha tempat dimana gadis kulit putih itu ditahan.

Tak lama kemudian, karena dia hanya menduga bahwa pemimpin gerombolan yang bertubuh jangkung itu, tentu mempunyai niat mesum, dia mempergunakan kekuatan sihirnya, menyamar atau mengaku sebagai Ji Tang dan berhasil memasuki guha itu. Begitu dia masuk, pintu guha ditutup kembali dan dikunci dari luar.

Masuknya Hay Hay hanya terlihat oleh Sarah yang terlentang tak berdaya. Akan tetapi, munculnya seorang pemuda ini tidak membuatnya girang karena Sarah menganggap bahwa yang muncul ini tentulah kawan si jangkung yang kurang ajar ini. Ia tahu bahaya apa yang mengancam dirinya. Hatinya mulai dicengkeram rasa takut dan ngeri, akan tetapi ia tidak sudi memperlihatkannya.

Ji Tang sendiri yang sedang diamuk nafsu berahinya, tidak melihat bahwa ada orang memasuki ruangan ini. Dia sudah tidak sabar lagi dan diapun menerkam tubuh yang sudah telentang tak berdaya di depannya.

Terjadilah keanehan yang membuat Ji Tang dan juga Sarah terkejut dan terheran. Ketika Ji Tang menerkam ke tubuh Sarah yang terlentang di atas dipan, tiba-tiba saja tubuhnya terpentang ke belakang dan diapun jatuh terjengkang di atas lantai. Tentu saja Ji Tang terkejut dan mengira bahwa wanita kulit putih itu yang memiliki ilmu iblis.

Akan tetapi karena dia tadi merasa tubuhnya seperti dibetot dari belakang, dia segera meloncat berdiri dan memutar tubuhnya. Barulah dia tahu bahwa disitu terdapat orang ketiga, seorang pemuda yang sama sekali tidak dikenalnya. Dia mengingat-ingat untuk mengenal siapa pemuda itu. Tubuhnya sedang dan tegap, dadanya bidang, wajahnya tampan dengan pakaian sederhana. Kepalanya tertutup sebuah caping lebar dan dari bawah caping itu mengintai sepasang mata yang mencorong, mulut yang senyum-senyum nakal. Dia tidak mengenal orang ini, bukan seorang diantara anak buah gerombolan yang dipimpinnya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar