Ads

Selasa, 18 September 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 83

"Membelaku? Engkau manusia kasar, sombong dan kepala besar! Ketika aku ditawan gerombolan penjahat, kemana saja engkau minggat? Engkau melarikan diri seperti pengecut. tidak memperdulikan aku yang ditawan penjahat. Kemudian, setelah aku diselamatkan oleh pendekar ini, yang mati-matian membelaku dan berhasil membebaskan aku, engkau malah memaki-maki dia dan hendak menembaknya? Aku yang akan membelanya, kalau perlu dengan nyawaku!"

Tentu saja semua orang terkejut dan terheran-heran mendengar ini, bahkan Kapten Armando sendiri sampai terlongong dan tidak tahu harus berkata apa. Akan tetapi Kapten Gonsalo marah bukan main, merasa dihina.

"Sarah, engkau sungguh tidak adil! Ketika kita dikepung penjahat, aku membelamu mati-matian sampai terluka dan terpaksa aku pergi, bukan karena takut melainkan untuk mencari bala bantuan karena pihak lawan terlalu banyak. Aku sampai terluka akan tetapi pagi ini sejak semalam terus ikut mencarimu, dan engkau kini bahkan memaki aku? Engkau tidak adil, atau apakah engkau sudah dipengaruhi jahanam ini? Sejauh manakah hubunganmu dengan dia? Kulihat tadi kalian berpelukan di atas kuda! Sarah, sungguh aku merasa malu……."

“Cukup, Kapten Gonsalo!" tiba-tiba nampak seorang pemuda Portugis yang turun dari kudanya, meloncat ke depan Gonsalo.

Dia seorang perajurit muda yang bertubuh tegap jangkung, rambutnya hitam kemerahan dan matanya tajam penuh keberanian. Wajahnya yang halus tanpa kumis dan jenggot itu nampak kekanakan dan tampan, namun dagunya berlekuk tanda bahwa dia seorang yang pemberani.

"Sebagai seorang yang sopan, engkau tidak pantas menghina Sarah dan mengeluarkan ucapan yang kotor, tuduhan yang keji itu!"

Gonsalo membelalakkan mata memandang kepada pemuda itu.
"Kau……! Asron, kamu ini perajurit biasa, berani menentang kaptenmu? Kau hendak memberontak?"

Dengan sikap gagah dan tenang Asron menjawab,
"Tidak ada perajurit menentang kaptennya, tidak ada yang hendak memberontak. Aku berhadapan dengan engkau sebagai seorang jantan berhadapan dengan seorang laki-laki, engkau menghina seorang wanita terhormat dan aku membela wanita yang kucinta. Ini urusan pribadi!"

Hay Hay tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, akan tetapi mendengar pemuda itu disebut Aaron, tahulah dia bahwa pemuda itu kekasih Sarah dan dia kagum melihat sikap perajurit muda yang berani menentang atasannya untuk membela kekasihnya itu. Dia dapat menduga bahwa tentu Gonsalo mengeluarkan kata-kata yang tidak berkenan di hati Asron yang maju membela kekasihnya.

"Bagus! Ini urusan pribadi dan aku akan menghajarmu!" bentak Gonsalo dan dia sudah menyerang dengan tinjunya.

Asron menangkis dan balas menyerang. Mereka segera bertanding, bertinju dan saling serang dengan ganas.

"Cukup! Hentikan semua kegilaan ini!"

Kapten Armando membentak, akan tetapi Sarah menjawab dengan suara yang tidak kalah lantangnya.

"Biarkan mereka, Ayah! Aku ingin melihat bukti kesetiaan Asron kepadaku! Biarkan mereka bertanding dan kita lihat saja siapa yang lebih jantan!"

"Sarah, perajurit itu akan dihajar oleh Gonsalo." kata Kapten Armando agak lirih.

"Hemm, biarlah kalau memang begitu. Akan tetapi aku tidak percaya laki-laki sombong macam dia akan mampu menghajar Asron." Lalu dara ini menoleh kepada Hay Hay sambil berkata, "Hay Hay, lihat betapa kekasihku Asron membelaku. Dan aku percaya bahwa Asron akan mampu membersihkan namaku dan menang dalam pertandingan ini!"

Hay Hay mengangguk, tersenyum dan meloncat turun dari atas kudanya. Dia maklum maksud yang tersembunyi di dalam ucapan Sarah tadi. Gadis itu ingin melihat kekasihnya menang dan sengaja memberitahu kepadanya. Baik, dia akan menjamin agar Aaron menang dalam pertandingan adu tinju itu.

Dua orang itu berkelahi semakin seru. Karena Kapten Gonsalo memang seorang jago tinju yang kuat, dua kali Aaron sempat tercium kepalan tangannya, membuat pemuda itu terpelanting. Akan tetapi dia tidak mengeluh, juga segera bangkit berdiri dan melawan lagi.

"Pukul dia, Aaron. Demi aku, hajar orang kurang ajar itu!"

Teriakan-teriakan Sarah ini mendatangkan semangat yang berkobar dan Aaron mengerahkan seluruh tenaganya utuk melawan. Diapun bukan seorang pemuda lemah. Dia telah belajar ilmu berkelahi, pandai bertinju, bermain pedang dan juga merupakan seorang penembak jitu.

Namun, menghadapi Gonsalo, dia kalah pengalaman. Gonsalo mempunyai banyak gerak tipu yang licik, suka mencuri dengan sikunya, dengan lututnya sehingga Aaron nampak terdesak. Pemuda yang sudah berdarah di tepi bibirnya itu melawan mati-matian. Tiba-tiba saja, entah megapa, Gonsalo terhuyung dan kesempatan ini dipergunakan oleh Aaron untuk mengayun tinjunya, dengan cepat sekali ayunan tinju kanannya meledak di rahang Gonsalo yang terhuyung.






"Dess….!"

Gonsalo terjengkang. Pukulan itu keras sekali dan tadi tanpa sebab tertentu, tiba-tiba saja kaki kirinya seperti kram dan dia terhuyung sehingga terpukul lawan. Akan tetapi dia memang kuat. Begitu tubuhnya terjengkang dia sudah melompat bangkit kembali dan bagaikan seekor harimau, dia menggereng dan menerjang lagi. Akan tetapi kembali terjadi keanehan. Tiba-tiba saja kedua lutut kakinya lemas dan diapun jatuh berlutut. Aaron. sudah datang dengan tinju kanan kiri, dua kali dia rneninju pangkal telinga dan dagu.

"Dess! Desss……!!” dan kini Gonsalo roboh dan biarpun dia berusaha untuk rnerangkak bangun, kepalanya pening dan iapun roboh lagi, lalu bangkit duduk dan rnengguncang-guncang kepala.

Terdengar sorak-sorai dan ternyata banyak diantara para perajurit yang memihak Asron karena banyak yang diam-diam tidak suka kepada Gonsalo yang sombong dan keras terhadap bawahannya itu.

"Cukup, hentikan perkelahian!!"

Tiba-tiba Kapten Armando berseru. Sarah lalu menghampiri Aaron dan mereka berpelukan. Sarah rnengusap sedikit darah dari tepi bibir kekasihnya, lalu mereka berciuman di depan Armando dan semua perajurit. Kembali terdengar teriakan gembira.

Kapten Armando menghela napas panjang dan merasa dikalahkan puterinya. Kini semua orang tahu bahwa puterinya saling mencinta dengan Aaron, dan pemuda yang berpangkat perajurit biasa itu ternyata dapat membuktikan bahwa dia lebih jantan daripada Gonsalo.

"Asron, ketahuilah bahwa Hay Hay yang membantumu sehingga engkau tadi menang,"

Sarah berbisik di dekat telinga kekasihnya. Aaron membelalakkan mata memandang Hay Hay yang juga memandang ke arah mereka sambil tersenyum. Kini mengertilah Aaron. Tadi dia juga merasa heran mengapa Gonsalo terhuyung sehingga dia dapat memukulnya, kemudian Gonsalo bahkan berlutut sehingga dia dapat menalukkannya.

Dia tahu bahwa hal ini tidak wajar, kecuali kalau Gonsalo terserang penyakit mendadak. Kini mendengar ucapan Sarah, mengertilah dia. Diapun sudah banyak mendengar tentang adanya "pendekar" di negeri asing ini.

Gonsalo dibantu berdiri oleh anak buahnya. Kesempatan ini dipergunakan Sarah untuk menghampiri ayahnya dan dengan lantang ia berkata,

"Ayah, kalau tidak ada Hay Hay, tentu saat ini aku tidak dapat bertemu kembali dengan Ayah. Karena itu, aku minta agar jangan ada yang mengganggu Hay Hay."

Kapten Armando memandang kepada Hay Hay. Dia melihat betapa pemuda itu memiliki wajah yang cerah dan ramah, akan tetapi mata itu sungguh mengejutkan, seperti mata harimau, mencorong!

"Baiklah, dia boleh pergi. Akan tetapi kami akan menyerbu sarang perampok yang telah menawanmu."

"Terserah kepada Ayah. Ada satu lagi permintaanku, Ayah."

"Apa lagi? Katakan dan cepat kembali ke benteng."

"Ayah, setelah peristiwa ini, aku tidak suka lagi tinggal disini. Aku ingin pulang ke negeri kita, aku ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi."

Kapten Armando mengangguk-angguk. Kalau tidak ada puterinya disitu, dia akan merasa lebih bebas dan tidak khawatir. Puterinya terlalu nakal dan berandal, telah mendatangkan banyak kepusingan kepadanya.

“Boleh, boleh. Dalam kesempatan pertama engkau boleh berlayar pulang ke negeri kita."

"Aku minta diantar Aaron!" seru pula Sarah.

"Tapi dia seorang perajurit yang bertugas disini." bantah ayahnya.

"Tidak, Ayah. Setelah peristiwa ini, tentu dia akan diancam oleh Kapten Gonsalo. Pula, dia bukan perajurit biasa, dia calon mantumu Ayah. Di negeri kita, dia dapat bekerja, daripada disini selama hidup dia hanya menjadi perajurit saja yang tidak pernah dinaikkan pangkatnya!"

Kapten Armando kembali merasa dikalahkan. Jelas bahwa puterinya memprotes dan diapun merasa salah karena memang sengaja dia tidak menaikkan pangkat Aaron karena memang dia tidak setuju puterinya berpacaran dengan perajurit itu. Kini, Sarah membuka semua itu di depan banyak perajurit dan dia akan nampak buruk sekali kalau dia berkeras.

"Baiklah, dia akan mengantarmu pulang.” kata Kapten Armando.

"Terima kasih, Ayah…..!"

Sarah berteriak dan diapun melepaskan Aaron, lari kepada ayahnya, memeluk ayahnya dan menciumi kedua pipi ayahnya. Mau tidak mau Kapten Armando merasa terharu juga.

Setelah menciumi ayahnya, Sarah kembali menghampiri Aaron.
"Aaron, kalau tidak ada Hay Hay, mungkin aku sudah mati atau setidaknya, tidak mungkin kita akan dapat berjodoh. Semua ini berkat pertolongannya. Kau menyadari hal ini?"

Aaron mengagguk, lalu menggandeng tangan Sarah dan menghampiri Hay Hay yang masih berdiri sambil memandang semua itu dengan hati gembira. Dia semakin kagum. Sarah memang hebat, pandai sekali memanfaatkan keadaan sehingga terkabullah semua keinginannya. Juga hatinya lega melihat Sarah telah berbaik kembali dengan ayahnya. Walaupun dia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, namun melihat sikap mereka, diapun dapat menduga bahwa Sarah telah berhasil.

Dia menyambut Sarah yang bergandengan tangan dengan Aaron itu dengan wajah cerah.

"Berhasilkah engkau, Sarah?" tanyanya menyambut mereka.

"Berkat bantuanmu, semua berhasil baik Hay Hay. Ayah membolehkan aku pulang ke negeri kami diantar oleh Aaron."

Aaron juga mengulurkan tangan kepada Hay Hay.
"Terima kasih," katanya.

Itulah satu-satunya kata yang dikenalnya dari bahasa daerah. Hay Hay menyambut uluran tangan itu dengan hangat.

"Kalau begitu, aku mengucapkan selamat, Sarah." kata Hay Hay mengulurkan tangan kepada gadis itu.

Akan tetapi Sarah tidak menyambut uluran tangan itu.
"Aaron, engkau tidak keberatan kalau aku mencium penyelamat kita?"

Aaron tersenyum dan menggeleng kepalanya. Sarah lalu menghampiri Hay Hay yang masih mengulurkan tangannya, kemudian ia merangkul, menarik leher Hay Hay sehingga mukanya menunduk, lalu Sarah menciumnya. Bukan di dahi bukan di pipi, melainkan di bibir. Ciuman yang hangat, yang mesra dan dilakukan dengan seluruh luapan perasaan yang berterima kasih. Hay Hay merasakan ini, dan diapun merasa betapa pipinya basah oleh air mata gadis itu.

Sarah mengendurkan rangkulannya dan berbisik,
"Hay Hay, demi aku, perlihatkan kepandaianmu dan menghilang dari sini agar mereka percaya."

Ia melepaskan rangkulannya dan berkata dengan suara lantang,
"Hay Hay, selamat berpisah dan selama hidupku, aku tidak akan melupakanmu!" Ia mengusap air matanya.

Hay Hay terharu.
"Semoga Tuhan selalu membimbingmu dan memberkahimu hidup berbahagia bersama Aaron, Sarah. Selamat tinggal!"

Tiba-tiba Hay Hay meloncat ke atas, tinggi seperti terbang saja. Semua orang terbelalak memandang. Pemuda itu seperti seekor burung saja melayang ke atas pohon dan begitu dia membuat salto, diapun lenyap diantara pohon-pohon! Tentu saja hal ini membuat semua orang merasa kagum, dan kini semua orang, termasuk Gonsalo sendiri dan juga Armando, percaya akan cerita Sarah bahwa yang menolongnya adalah seorang pendekar sakti!

Sarah lalu mengajak Aaron untuk pulang ke benteng, sedangkan Kapten Armando dibantu oleh Kapten Gonsalo bersama pasukanya, melanjutkan perjalanan menyerbu sarang gerombolan di bukit berguha-guha. Gonsalo agaknya hendak melampiaskan sakit hatinya kepada mereka dan segera terdengar letusan-letusan senjata api ketika sarang itu diserbu. Terjadilah pembantaian dan hanya sedikit saja diantara gerombolan itu yang lolos. Lima orang Harimau Cakar Besi yang menjadi pemimpin mereka tewas.

Peristiwa ini disusul oleh amukan orang-orang Portugis yang sejak terjadinya penyerbuan ke sarang perampok itu memperlihatkan sikap mereka yang asli. Mereka menjadi ganas dan kejam, dan sewenang-wenang terhadap rakyat. Mereka merasa diri kuat, apalagi karena mereka telah berhasil mengikat para pembesar daerah untuk bersekutu, dibantu pula oleh para bajak laut Jepang yang mempergunakan kesempatan itu untuk membonceng demi keuntungan diri sendiri.

Sarah dan Aaron segera berangkat dengan kapal pertama yang membawa barang dagangan, meninggalkan Cang-cow dan berlayar ke tanah airnya. Disana telah menanti suatu kehidupan baru yang cemerlang, yang jauh bedanya dengan kehidupan di Cang-cow, hidup dalam benteng yang penuh dengan kekerasan dan kelicikan.

**** 83 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar