Ads

Selasa, 25 September 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 93

Mayang pura-pura bersikap biasa saja walaupun di dalam hatinya, keras dugaannya bahwa dua sosok bayangan hitam yang tadi memasuki kamar Cang Sun dan kamar dua orang gadis itu adalah dua orang yang kini bicara dengan sikap seperti orang yang ikut berjasa itu.

"Hemm, rupanya ada dua orang maling hina yang mencoba untuk mencuri barang berharga di kamar Cang-kongcu dan kamar kedua orang nona itu,” kata Mayang sambil memandang kepada mereka.

"Heran sekali, bagaimana gudang itu dapat terbakar tanpa ada yang mengetahuinya," kata Liong Bi. "Penjaga hanya mendengar suara gaduh dan melihat bahwa jerami diluar gudang itu sudah terbakar besar."

“Kalau begitu, tentu ada orang ketiga yang membakarnya." kata pula Mayang, tentu saja ia tahu benar karena yang membakarnya adalah ia sendiri.

Bagaimanapun juga, hatinya lega bahwa siasatnya itu telah menyelamatkan Cang Sun, Cang Hui dan Cin Nio. Kalau ia tidak melakukan siasat membakar jerami itu, bagaimana mungkin ia melindungi ketiganya.

"Omitohud…….apakah yang terjadi sampai ribut begini?" terdengar suara orang dan nampak Hek Tok Siansu menghampiri mereka, dan kakek gendut ini menggosok-gosok matanya seolah baru bangun dari tidurnya.

Mayang memandang kepada kakek itu dan sebagai seorang ahli silat tingkat tinggi, ia dapat melihat betapa kulit yang hitam kehijauan itu tidak wajar, dan ia dapat menduga bahwa tentu kakek ini memiliki ilmu sesat yang amat berbahaya.

"Ada tiga penjahat besar menyusup masuk ke dalam istana keluarga Cang ini," kata Mayang sambil menatap tajam wajah kakek itu.

"Omitohud ..., mana penjahatnya yang begitu berani…..?"

“Kalau kita baru terbangun setelah semua selesai, tentu para penjahatnya telah lama menyingkir," kata Mayang dengan suara mengejek.

Kemudian, setelah menyuruh seorang pengawal yang dipercayanya membangunkan Cang-kongcu dan memberi keterangan apa yang telah terjadi, Mayang menghampiri Liong Ki yang berdiri agak menyendiri, kemudian ia berbisik,

"Besok pagi jam delapan aku menunggumu di danau. Aku ingin bicara urusan penting antara kita."

Liong Ki memandang heran, akan tetapi Mayang tidak memberi kesempatan kepadanya untuk menjawab karena gadis itu sudah melangkah pergi menuju kekamar Cang Hui da Cin Nio.

Dua orang gadis itupun sudah sadar dan dikerumuni para pelayan yang tadi terbangun dan ikut panik. Melihat Mayang, kedua orang gadis itu lalu menyuruh pergi semua pelayan. Setelah mereka hanya bertiga saja di kamar itu, Cang Hui segera bertanya kepada Mayang.

"Mayang, apa yang telah terjadi? Menurut para pelayan, kamar ini tadi penuh asap pembius dan kami berdua pingsan, dan katanya di gudang ada kebakaran. Mereka mendengar katanya ada dua atau tiga orang penjahat menyelundup masuk ke istana. Juga katanya kamar Sun-ko dipenuhi asap pembius seperti kamar kami. Benarkah itu? Apa yang sesungguhnya terjadi?"

Cin Nio tidak bicara, akan tetapi pandang matanya kepada Mayang penuh arti, penuh pertanyaan apakah peristiwa malam ini ada hubungannya dengan malapetaka yang menimpa dirinya beberapa malam yang lalu.

"Memang benar, ada dua orang penjahat menyelinap masuk dan melepas asap pembius di kamar ini dan kamar Cang-kongcu. Akan tetapi, untung bahwa mereka ketahuan sehingga mereka melarikan diri."

Cang Hui mengerutkan alisnya.
"Mayang, sesungguhnya apakah yang terjadi? Siapa mereka dan apa mau mereka itu melepaskan asap pembius di kamarku dan kamar Sun-ko?"






"Adik Hui dan adik Cin, harap kalian tenang. Aku sedang menyelidikinya dan kuharapkan dalam waktu singkat akan dapat menemukan jawabannya. Semua urusan mudah-mudahan akan dapat kubikin terang dalam waktu dua tiga hari ini."

Berkata demikian Mayang memandang kepada Cin Nio penuh arti, dan Cin Nio mengerti bahwa Mayang hendak mengatakan bahwa juga urusan malapetaka yang menimpa dirinya akan dapat dibikin terang. Hal ini berarti bahwa tentu ada hubungannya antara peristiwa malam ini dengan malapetaka yang menimpa dirinya.

Pada saat itu, terdengar suara Cang Sun yang telah berdiri di pintu kamar adiknya.
"Mayang, apakah yang sebenarnya telah terjadi? Aku mendengar berita yang simpang siur dari para pengawal, katanya kamarku dipenuhi asap pembius dan aku telah tak sadar di atas kursiku. Aku ingin mendengar sendiri darimu, apa sebenarnya yang telah terjadi?"

Cang Hui mendekati kakaknya.
"sun-ko, ada penjahat menyusup ke dalam rumah kita. Mereka itu melepas asap pembius di kamarku dan kamarmu, tentu dengan niat buruk terhadap kita. Dan ada yang membakar jerami di dekat gudang. Untung Mayang segera datang mengusir asap itu dan berteriak-teriak sehingga para pengawal berdatangan. Dua penjahat itu telah melarikan diri."

"Mayang, apa artinya semua ini?" tanya Cang Sun sambil memandang kepada Mayang.

Agaknya keterangan adiknya itu masih belum memuaskan hatinya dan ia ingin mendengar sendiri keterangan Mayang.

"Artinya bahwa ada penyerang gelap mengancam keluarga Cang, Kongcu, dan aku akan mencoba untuk membikin terang perkara ini."

Cang Sun menatap wajah gadis itu penuh selidik.
"Adakah ini hubungannya dengan urusan pribadimu itu?"

Mayang mengangguk.
"sekarang belum waktunya aku bicara banyak, Kongcu. Bersabarlah beberapa hari lagi, pasti aku akan dapat membongkar semua urusan ini.”

Setelah berkata demikian, Mayang segera meninggalkan mereka, kembali ke kamarnya karena ia tidak ingin percakapannya tadi didengar orang lain.

**** 93 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar