Ads

Selasa, 25 September 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 95

"Wirrr…… !"

Pecut itu kembali menyambar ke arah kepala Ki Liong. Serangan yang dilakukan penuh dengan kebencian. Ki Liong menyambut dengan pedang dan sengaja memutar pedang sehingga pecut itu melibat pedangnya. Kesempatan ini kembali dimanfaatkan Bi Hwa. Tangannya menampar ke arah pundak Mayang dan gadis ini kembali terpelanting, sekali ini terpelanting keras dan kepalanya terasa pening. Namun ia telah dapat melepaskan libatan cambuknya dan ia sengaja menggulingkan tubuhnya sambil memutar-mutar cambuk melindungi diri.

Memang hebat gadis ini. Kalau ia tidak bergulingan dan memutar cambuknya, tentu mudah bagi dua orang pengeroyoknya untuk menotok dan menangkapnya. Namun dengan bergulingan dan memutar cambuk, kembali ia terlepas. Ia meloncat berdiri lagi dan walaupun kepalanya pening dan pundaknya nyeri, ia sudah siap untuk melawan sampai titik darah penghabisan.

"Sim Ki Liong, jahanam busuk kau……!!"

Ia berteriak, suara teriaknya melengking nyaring dan kembali ia mengamuk dengan cambuknya, amukan yang tidak lagi menghiraukan keselamatan dirinya.

Su Bi Hwa menjadi penasaran dan marah sekali. Kalau menurutkan hatinya, ia ingin segera membunuh saja gadis peranakan Tibet itu agar tidak menyusahkan lagi. Akan tetapi ia maklum bahwa kalau hal itu ia lakukan, ia akan rugi karena tentu Ki Liong akan merasa kecewa dan tidak senang kepadanya.

"Liong-ko, biar kurobohkan dia dengan jarum agar lebih mudah!" katanya, akan tetapi sebelum Ki Liong menjawab, tiba-tiba ada sinar merah menyambar dari kiri, sinar merah lembut yang menyambar dengan cepat sekali ke arah Su Bi Hwa dan Sim Ki Liong!

Kiranya sebelum Bi Hwa mempergunakan jarum-jarumnya, telah ada orang lain yang lebih dulu menggunakan jarum-jarum merah yang amat lihai, akan tetapi bukan untuk menyerang Mayang, sebaliknya malah menyerang mereka.

Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa cepat mengelak dan sinar merah lembut itu menyambar lewat. Bukan jarum-jarum merah itu yang mengejutkan hati mereka, melainkan setelah orangnya yang menyambitkan jarum itu muncul.

"Siluman betina busuk, kiranya engkau disini! Dan bersama si murtad Sim Ki Liong mengeroyok Mayang! Bagus, jangan takut, Mayang. Aku membantumu menghajar jahanam-jahanam ini!" kata gadis perkasa yang menyambitkan jarum-jarum merah itu.

Wajah Su Bi Hwa dan Sim Ki Liong berubah ketika mereka mengenal Cia Kui Hong! Yang menolong Mayang itu memang Kui Hong. Seperti kita ketahui, Cia Kui Hong meninggalkan Cin-ling-san setelah ia mendapatkan persetujuan ayah ibunya untuk berjodoh dengan Tang Hay.

Bagaikan mendapatkan semangat hidup baru, Kui Hong segera berangkat dan mencari ke kota raja. Akan tetapi, kebetulan sekali ia lewat di danau itu dan tertarik oleh keindahan danau. Ia berjalan-jalan di sekitar danau dan tadi ketika ia sudah mengambil keputusan untuk meninggalkan danau dan pergi ke kota raja, ia kebetulan lewat dekat bukit itu dan mendengar teriakan marah dari Mayang. Iapun bergegas naik ke bukit itu dan melihat betapa Mayang didesak dengan hebat oleh dua orang yang membuat ia marah bukan main.

Dua orang pengeroyok Mayang itu adalah Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa! Tentu saja Kui Hong merasa heran sekali. Bukankah Ki Liong dan Mayang saling mencintai? Bahkan Mayang sendiri yang pernah mintakan ampun untuk Ki Liong kepadanya! Bagaimana sekarang Ki Liong malah menyerang Mayang, dan bersama dengan Tok-ciang Bi Mo-li murid Pek-lian Da-kui itu? Dalam keheranannya, ia tidak banyak membuang waktu dan mendengar betapa Su Bi Hwa hendak menyerang Mayang dengan jarum, ia mendahului dan menyambit kedua orang pengeroyok dengan jarum-jarum merahnya.

“Enci Kui Hong…….!!”

Mayang berseru girang bukan main ketika melihat siapa penolongnya dan cepat ia meloncat ke dekat Kui Hong.

"Mayang, apa yang telah terjadi? Kenapa engku dikeroyok oleh dua orang ini?" Kui Hong bertanya, penasaran.

"Enci Kui Hong, jahanam Sim Ki Liong mengkhianatiku, dia bersekongkol dengan iblis betina itu untuk menguasai keluarga Menteri Cang Ku Ceng."

Kui Hong membelalakkan matanya.
"Begitu berani mereka? Kalau begitu dosa mereka sudah melewati ukuran dan mereka layak dibasmi!”

Kui Hong membentak dan iapun sudah mencabut sepasang pedangnya, lalu menyerang Ki Liong dengan sepasang pedang itu. Serangannya hebat bukan main karena ia telah mengerahkan tenaganya dan memainkan ilmu pedang Hok-mo Siang-kiam (Sepasang Pedang Penakluk Iblis) yang dipelajarinya dari Toan Kim Hong, neneknya.






Ki Liong yang maklum akan kelihaian gadis ini, tidak banyak cakap lagi dan cepat memutar pedangya melawan.

Mayang kini memperoleh angin baik. Biarpun ia sudah menderita luka oleh tendangan pada paha dan pukulan pada pundaknya, kini melihat munculnya Kui Hong, semangatnya timbul kembali dan bagaikan seekor singa betina, ia menggunakan cambuknya yang sudah patah ujungnya untuk menyerang Su Bi Hwa dengan dahsyat.

Kini terjadilah pertandingan satu lawan satu yang amat seru. Akan tetapi, Ki Liong segera mulai terdesak oleh sepasang pedang di tangan Kui Hong. Gadis ini, biarpun hanya menerima keterangan singkat dari Mayang, maklum bahwa Ki Liong, telah mengkhianati gadis itu dan tentu telah melakukan kejahatan kembali. Memang ia sudah sangat membenci pemuda murid pulau Teratai Merah yang murtad ini. Kalau dulu ia mengampuninya adalah karena atas permintaan Mayang. Kini, ia menyerang untuk membunuh sehingga Ki Liong hanya mampu menangkis dan menjaga diri, tidak diberi kesempatan lagi untuk balas menyerang.

Adapun Su Bi Hwa yang tingkat kepandaiannya seimbang dengan Mayang, kini juga kewalahan menghadapi desakan Mayang karena gadis peranakan Tibet ini marah sekali sehingga gerakannya menjadi sangat dahsyat, terutama sekali serangan tangan kirinya yang menggunakan Hek-coa-tok-ciang.

Tiba-tiba Su Bi Hwa berseru nyaring.
"Suhu, keluarlah dan bantulah kami!"

Ki Liong sendiri merasa heran, mengira bahwa tentu sekutunya itu hanya mempergunakan siasat menggertak saja. Akan tetapi, betapa girang rasa hatinya ketika tiba-tiba terdengar suara orang yang amat dikenalnya, suara Hek Tok Siansu!

"Omitohud……., banyak benar orang muda perkasa bermunculan!"

Dan sambaran angin dahsyat menyerang ke arah Kui Hong dari arah kanan! Kui Hong yang sedang mendesak Ki Liong, ketika mendengar suara itu dan merasakan sambaran angin pukulan dahsyat, cepat membalik ke arah suara itu dan memindahkan pedang dari tangan kanan ke tangan kiri yang kini memegang dua batang pedang, lalu tangan kanannya ia dorongkan kearah dari mana datangnya angin pukulan,

"Desss……!”

Dua tenaga sakti bertemu di udara lewat telapak tangan Hek Tok Siansu dan Cia Kui Hong.

"Omitohud…..!”

Hek Tok Siansu berseru kaget dan heran karena tangkisan gadis itu membuat pukulannya tadi membalik. Jarang di dunia ini ada orang mampu menangkis pukulannya seperti itu, dan gadis ini masih muda sekali!

"Bi Hwa, siapakah nona ini?"

Saking heran dan kagumnya, ia bertanya kepada Bi Hwa. Bagi, Hek T ok Siansu, tidak ada rahasia lagi tentang Su Bi Hwa dan Sim Ki Liong karena mereka sudah mengaku kepadanya tentang keadaan mereka yang sebenarnya. Su Bi Hwa memang cerdik. Ia telah mengatur semuanya sehingga kakek itu berada pula disitu, siap membantu. Bahkan banyak pula orang-orang Pek-lian-kauw sudah siap membantunya.

"Suhu, ia adalah pangcu (ketua) dari Cin-ling-pai."

"Omitohud, seorang wanita masih begini muda sudah menjadi ketua perkumpulan besar. Pantas saja lihai!"

Kui Hong merasa heran mendengar Bi Hwa menyebut suhu kepada hwesio ini. Setahunya, guru Bi Hwa adalah Pek-lian Sam-kwi yang ketiganya sudah tewas semua. Bagaimana tiba-tiba muncul seorang hwesio yang mengaku sebagai guru wanita iblis ini ?

"Lo-cian-pwe," katanya dengan sikap tegas. "Aku Cia Kui Hong tidak pernah bermusuhan denganmu. Tok-ciang Bi Moli ini pernah mengacau Cin-ling-pai, maka aku akan membunuhnya, dan Sim Ki Liong ini adalah murid murtad dari kakek dan nenekku. Oleh karena itu, harap Lo-cian-pwe tidak mencampuri urusan kami agar aku tidak perlu bermusuhan denganmu."

"Omitohud, nona muda yang sombong. Apa kau kira pinceng takut melawanmu! Ha-ha-ha, dua orang ini adalah sekutu pinceng, sudah menjadi murid pinceng, tentu saja urusan mereka adalah urusan pinceng."

Tahulah Kui Hong bahwa ia berhadapan dengan seorang yang bentuk dan pakaiannya saja pendeta, akan tetapi isinya adalah seorang yang condong kepada golongan sesat.

"Kalau begitu, pendeta palsu, engkaupun hanya akan membikin kacau dunia saja!" bentaknya dan iapun sudah menyerang dengan sepasang pedangnya.

"Omitohud, biarlah nona ini menjadi lawan pinceng!" kata Hek Tok Siansu dan dia sudah menggerakkan kedua tangannya.

Ujung lengan bajunya menyambar dan ketika kedua ujung lengan baju itu menangkis pedang di tangan Kui Hong, gadis itu merasa seolah-olah sepasang pedangnya ditangkis oleh senjata keras yang kuat. Segera terjadi perkelahian diantara mereka.

"Bi-moi, kau bantu suhu menundukkan Kui Hong, biar aku yang menangkap Mayang!" kata Ki Liong dengan gembira.

Tak disangkanya bahwa Bi Hwa sedemikian cerdiknya sehingga kini pihaknya yang lebih kuat. Bi Hwa juga maklum bahwa kalau ketua Cin-ling-pai itu tidak di kalahkan, tentu merupakan ancaman baginya, maka tanpa banyak cakap lagi ia membantu Hek Tok Siansu mengeroyok Kui Hong. Adapun Ki Liong segera menghadapi Mayang.

Kembali keadaan berubah setelah tadi Kui Hong dan Mayang mampu mendesak dua orang lawannya. Dengan masuknya Hek Tok Siansu, keadaan kembali tidak menguntungkan bagi pihak Mayang dan Kui Hong. Kakek ini memiliki ilmu yang aneh-aneh, yang kadang amat mengejutkan Kui Hong dan membuat gadis itu terdesak dan hanya dapat melindungi dirinya saja tanpa dapat membalas menyerang.

Apalagi disitu terdapat Bi Hwa yang menggunakan pedang mengeroyok dan jelas bahwa iblis betina ini bersungguh-sungguh hendak membunuhnya, membuat Kui Hong segera terdesak. Hanya kematangan ilmu pedang Kui Hong yang bersumber kepada ilmu pedang dahsyat dari neneknya yang membuat gadis itu masih dapat bertahan.

Yang payah adalah Mayang. Gadis ini sudah terluka, dan menghadapi Ki Liong ia merasa kalah setingkat, maka segera ia diserang dan didesak hebat oleh Ki Liong yang amat bergairah untuk menangkapnya hidup-hidup. Kini Ki Liong bagi Mayang merupakan iblis yang amat jahat, dan ia tahu bahwa kalau sampai ia tertawan, tentu Ki Liong akan menghina dan memperkosannya. Kiranya pemuda ini sama sekali tidak mempunyai perikemanusiaan, tidak tahu malu dan sudah tersesat sampai jauh.

Mayang menggigit bibirnya dan melawan mati-matian. Sudah dua kali ia terpelanting oleh tendangan kaki Ki Liong, akan tetapi setiap kali ia meloncat bangun lagi, tidak merasakan kenyerian yang dideritanya dan melawan terus dengan gigihnya.

Kui Hong maklum bahwa pihaknya terancam bahaya kalau perkelahian berat sebelah itu dan membiarkan diri mati konyol. Ia harus melindungi Mayang karena ia dapat melihat betapa gadis itu terancam oleh Ki Liong. Ia mulai mencari kesempatan untuk mengajak Mayang melarikan diri lebih dahulu agar terlepas dari himpitan lawan.

Akan tetapi, tiga orang lawan itu tidak memberi kesempatan dan mendesak terus. Selagi Kui Hong memutar pedang mencari kesempatan, tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.

“Tahan semua senjata!”

Ucapan itu demikian penuh wibawa sehingga seperti tertahan oleh tenaga yang tidak nampak, lima orang yang sedang berkelahi itu otomatis menghentikan gerakan tangan mereka.

Hek Tok Siansu terkejut bukan main karena dia merasakan getaran yang amat kuat dalam suara itu, getaran yang mengandung kekuatan sihir yang luar biasa kuatnya. Segera ia memandang dan ternyata yang membentak itupun hanya seorang pria yang masih amat muda! Sungguh mengherankan hatinya karena demikian banyaknya bermunculan orang muda yang amat lihai!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar