Ads

Senin, 01 Oktober 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 100

Sebelum mereka itu tiba, lebih dahulu Mayang dan Cang Sun telah bicara dari hati ke hati. Melihat tadi Mayang diantar oleh Hay Hay dalam keadaan luka-luka, tentu saja Cang Sun merasa khawatir sekali dan cepat-cepat dia memanggil tabib yang pandai untuk mengobati luka-luka yang diderita Mayang. Akan tetapi luka-luka itu tidak berat dan tak lama kemudian Mayang telah diajak bicara empat mata oleh Cang Sun, di ruangan sebelah dalam.

Tak seorangpun pelayan diperbolehkan mendekat dan setelah duduk berhadapan berdua saja, Cang Sun mengamati waiah gadis yang di cintanya itu dan dengan nada suara khawatir dia mengajukan pertanyaan kepada Mayang apa yang sesungguhnya terjadi.

“Engkau tentu mengerti segalanya, dan ceritakan mengapa Liong Ki dan Liong Bi melakukan perbuatan menculik Hui-moi dan Cin-moi.”

Mayang menundukkan mukanya sampai beberapa saat lamanya. Kemudian, ketika ia mengangkat muka memandang, Cang Sun semakin khawatir. Wajah gadis itu agak pucat dan pandang matanya demikian sayu minta di kasihani.

“Kongcu, sekarang saatnya aku menceritakan segalanya secara terus terang kepadamu. Sungguh tugas ini amat menakutkan hatiku, kongcu, karena besar kemungkinan setelah kongcu mendengar keteranganku, kongcu akan membenciku. Aku telah melakukan kesalahan besar sekali diluar kesadaranku, dan kesalahanku ini hampir saja mencelakakan keluargamu, bahkan kini kita masih belum tahu bagaimana nasib adik Hui dan adik Cin.” Suara Mayang terdengar gemetar penuh perasaan sesal.

“Mayang, ceritakanlah. Aku bukan anak kecil, aku sudah dewasa dan aku dapat mempertimbangkan persoalan dengan adil. Apalagi engkau mengatakan tadi bahwa kesalahan itu kau buat di luar kesadaranmu, itu saja sudah menghapus sebagian besar dari kesalahanmu, kalau memang ada. Ceritakanlah.”

Berceritalah Mayang. Semua ia ceritakan dari permulaan. Sejak ia menyelamatkan Sim Ki Liong sehingga tidak sampai dibunuh oleh Cia Kui Hong karena ia merasa kasihan kepada Ki Liong, karena iapun membalas cinta pemuda itu dan mengharapkan pemuda itu akan dapat kembali ke jalan benar. Betapa ia dan Ki Liong melakukan perjalanan dan di tengah jalan bertemu dengan Su Bi Hwa yang tidak dikenalnya dan yang diakui sebagai seorang sahabat lama oleh Ki Liong.

“Aku sempat melihat perbuatan mereka terhadap Kongcu. Aku tegur mereka dan mereka menyatakan bahwa mereka melakukan itu agar dapat memperoleh Kedudukan dan pekerjaan yang baik agar dipercaya oleh keluarga Kongcu. Mulai saat itu aku sudah merasa curiga dan tidak suka, akan tetapi karena menyangka bahwa mereka memang ingin mencari kedudukan yang pantas, akupun menahan diri. Mereka mempergunakan nama palsu dan mengaku sebagai kakak beradik agar tidak menimbulkan kecurigaan. Aku yang bodoh, dapat saja mereka tipu dan aku sama sekali tidak mempunyai prasagka buruk terhadap mereka, hanya curiga. Akan tetapi, mereka membuat jasa, mereka nampakya setia kepada ayah Kongcu, bahkan mereka merobohkan orang-orang jahat yang hendak membunuh ayah Kongcu. Baru sekarang aku mengerti bahwa para pembunuh itu tentulah kawan-kawan mereka karena Su Bi Hwa itu adalah seorang tokoh Pek-lian-kauw.”

Cang Sun terbelalak.
"Orang Pek-lian-kauw? Betapa berbahayanya...... !”

“Aku sama sekali tidak tahu dan mereka kelabui, Kongcu. Sampai akhirnya aku menyadari bahwa mereka bukan orang baik-baik, bahwa Sim Ki Liong tidak dapat kembali ke jalan benar, bahkan semakin jahat. Maka aku lalu mengambil keputusan untuk menentangnya, untuk membongkar rahasia mereka. Namun, aku terjebak dan dikepung, dikeroyok dua oleh mereka. Karena merasa bahwa rahasia buruk mereka telah kuketahui dan mereka tidak aman lagi, mereka berusaha untuk membunuhku. Aku melawan mati-matian akan tetapi karena mereka berdua memang lihai, aku sudah terluka ketika muncul enci Kui Hong.”

Cang Sun mengangguk.
“Sukurlah, ia tadi kesini dulu lalu kami minta ia suka menolong Hui-moi dan Cin-moi. Jadi engkau sudah mengenal Kui Hong?”

"Mengenal enci Hong? Ah, Cang-kongcu, bukan hanya mengenal, akan tetapi kami adalah sahabat baik dan lebih dari itu, enci Hong adalah calon kakak iparku.”

"Ehh? Calon kakak iparmu?” Can Sun menegas karena tidak mengerti.






“Ia akan berjodoh dengan kakakku."

"Siapakah kakakmu, Mayang?"

"Kongcu mengenal dia dengan baik Dia adalah yang mengantarku kesini tadi."

Sepasang mata Cang Sun terbelalak.
"Tang-taihiap? Si Pendekar Mata Keranjang? Aih, jadi engkau ini adiknya?”

“Adik seayah berlainan ibu, Kongcu."

Cang Sun mengangguk-angguk. Pemuda bangsawan ini sudah mendengar banyak tentang diri Tang Hay, Tang Hay adalah anak dari jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) Ang-hong-cu (Si Kumbang Merah) yang amat jahat dan keji. Akan tetapi, Tan Hay tidak menuruni watak jahat itu walaupun menuruni sifat mata keranjangnya, bahkan Ang-hong-cu roboh dikalahkan Tang Hay sendiri. Jadi Mayang inipun anak dari mendiang Ang-hong-cu? Dia dapat menduga bahwa seperti juga para wanita lain, ibu Mayang tentu juga menjadi korban dari Si Kumbang Merah.

"Teruskan ceritamu, Mayang.”

Melihat betapa pemuda itu hanya kelihatan kaget dan heran, tidak marah kepadanya, Mayang berani melanjutkan.

“Dengan bantuan enci Hong, kami berdua dapat mendesak dua orang jahat itu.Akan tetapi kiranya mereka memang sudah membuat persiapan, karena segera muncul Hek Tok Siansu.......”

“Pendeta yang mereka perkenalkan sebagai guru mereka itu?"

"Sama sekali bukan guru mereka, Kongcu. Hek Tok Siansu itu lihai bukan main dan kemunculannya membuat enci Hong dan aku kembali terancam. Akan tetapi, Tuhan tidak membiarkan orang-orang jahat merajalela terus. Muncul kakakku Tang Hay. Setelah kami melawan, diperkuat oleh Hay-koko. Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa yang licik dan pengecut itu Ialu melarikan diri. Aku mengkhawatirkan keselamatanmu, Kong-cu, maka aku minta enci Hong melakukan pengejaran kesini.......”

"Keselamatanku'?" Cang Sun bertanya heran.

"Kongcu, sejak mereka tinggal disini, Su Bi Hwa itu berusaha untuk memikatmu dan Sim Ki Liong berusaha memikat adik Cang Hui. Tentu mereka bermaksud agar mereka dapat menjadi mantu ayahmu. Aku mengkhawatirkan keselamatanmu, Kongcu dan juga adik Hui. Karena Kongcu sedang tidak berada di rumah, maka tadi yang diculik adalah adik Hui dan adik Cin."

"Hemm, nona Cia Kui Hong datang kesini dan kami minta ia pergi mengejar dua orang adikku yang diculik itu. Lalu bagaimana lanjutannya dengan pertempuran setelah nona Kui Hong pergi melakukan pengejaran?"

"Kakakku dapat mendesak dan mengalahkan Hek Tok Siansu. Kakek itu melarikan diri dan sisa orang-orang Pek-liankauw yang megeroyok juga melarikan diri. Hay-koko lalu membawa aku kesini dan setelah kini dia dan enci Hong yang melakukan pengejaran, aku yakin bahwa adik Hui dan adik Cin akan dapat diselamatkan."

Setelah gadis ini berhenti bercerita, Cang Sun mengangguk-angguk.
"Ceritamu sungguh menarik sekali, Mayang.

"Menarik? Apakah Kongcu…… tidak....... marah dan benci kepadaku setelah mendengar ceritaku tadi?"

Mayang memandang dengan muka terangkat. Sepasang mata sipit dan jeli itu memandang penuh selidik, mulut yang kecil itu agak terbuka penuh ketegangan dan alisnya berkerut mengandung kegelisahan.

Cang Sun tersenyum dan menggeleng kepalanya perlahan.
"Kenapa harus membencimu, Mayang? Tidak, aku tidak membencimu, tidak marah kepadamu."

"Tapi….. tapi aku…… aku telah menipumu, tidak berterus terang, aku bahkan seperti melindungi dua orang penjahat keji yang membahayakan keluarga Cang."

Kembali Cang Sun menggeleng kepalanya,
"Engkau melakukan hal itu tanpa kau sadari, Mayang. Dan kejujuranmu bahkan mengagumkan hatiku. Engkau sungguh polos, engkau selalu mempunyai niat baik. Aku tidak membencimu, bahkan semakin menyayangmu, Mayang.”

Mayang menelan isaknya, seperti tidak percaya kepada pendengarannya sendiri. Tadinya ia membayangkan bahwa Cang Sun tentu akan marah kepadanya, akan membencinya dan cintanya akan hilang, seperti cintanya terhadap Liong Ki yang bukan hanya lenyap, bahkan berubah menjadi kebencian setelah ia melihat Liong Ki tidak kembali ke jalan benar bahkan menjadi amat jahat. Adakah cinta kasih diantara manusia yang tanpa syarat, tanpa pamrih?

Kiranya cinta kasih tanpa syarat dan tanpa pamrih tidak akan mungkin dapat ditemui diantara manusia yang selalu menjadi permainan nafsu daya rendah. Dan apapun yang dikemudikan nafsu, selalu pasti mempunyai pamrih demi kesenangan dan pemuasan nafsu itu sendiri, dan manusia menjadi alat, menjadi hamba nafsu.

"Tapi……. tapi, Kongcu…….” saking herannya Mayang berkata gagap.

Cang Sun memegang kedua tangan gadis itu dan menggenggamnya.
"Sudahlah, Mayang. Aku tetap cinta padamu, dan agaknya sekarang tiba saatnya aku mendapatkan jawaban dan kepastian darimu. Maukah engkau menjadi isteriku, Mayang?"

Inilah saat yang dinanti-nanti Mayang sejak ia mulai menanggalkan cintanya terhadap Ki Liong, sejak ia mendengar pengakuan cinta dari Cang Su. Akan tetapi, ia membutuhkan kekuatan dan iapun membalas genggaman kedua tangan pemuda bangsawan itu sebelum menjawab. Ia mengangkat muka dan mereka saling pandang.

"Kongcu…….. orang sehina dan serendah aku ini tentu saja merasa mendapat anugerah besar sekali mendengar pinanganmu. Akan tetapi, maafkan aku, Kongcu. Terpaksa sekali aku harus mengatakan bahwa aku hanya dapat menerima pinanganmu untuk menjadi isterimu, kalau Kongcu suka memenuhi sebuah permintaanku."

Cang Su mengamati wajah gadis itu seperti mengamati sesuatu yang lucu.
"Eh? Engkau, mempunyai syarat, Mayang? Sudah sepantasnya seorang gadis pilihan seperti engkau mengajukan syarat dalam perjodohan. Nah, katakan, apakah syarat itu? Mudah-mudahan tidak terlalu sulit bagiku untuk memenuhinya."






Tidak ada komentar:

Posting Komentar