Ads

Rabu, 03 Oktober 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 101

"Syarat itu hanya satu, Kongcu. Yaitu, aku baru mau menjadi isterimu kalau engkau menikah dengan adik Teng Cin Nio…….”

"Apa...??"

Cang Sun sedemikian terkejut sehingga dia melepaskan kedua tangan itu, bangkit berdiri dan memandang dengan mata terbelalak dan muka berubah kemerahan.

"Kau... kau.......... sudah gilakan engkau, Mayang? Aku meminangmu untuk menjadi isteriku, dan engkau mengajukan syarat agar aku menikah dengan Cin Nio? Tidak kelirukah pendengaranku?"

"Benar, Kongcu. Engkau tidak keliru Memang itulah syaratku. Aku mau menjadi isterimu kalau engkau menikah dengan adik Cin Nio."

"Akan tetapi, apa artinya ini? Mengapa begini dan apa sebabnya engkau mengajukan syarat yang amat aneh ini? Aku hanya cinta padamu, Mayang."

"Dan aku pun….. cinta padamu, Kongcu. Juga adik Cin Nio amat mencitamu."

"Tapi itu bukan alasan bahwa aku harus menikahinya, Mayang. Engkau tidak adil dan amat aneh!"

"Memang bukan itu alasannya. Akan tetapi kalau Kongcu tidak menikah dengan adik Cin, mungkin ia akan bunuh diri dan kalau hal itu terjadi, maka akulah penyebabnya, seolah akulah yang membunuhnya."

Cang Sun terbelalak.
"Apa artinya semua ini, Mayang? Ceritakanlah yang jelas agar aku dapat mengerti yang kau maksudkan dengan permintaan yang aneh dan tak masuk akal ini?"

Mayang lalu menceritakan apa yang telah terjadi, musibah yang menimpa diri Teng Cin nio yang diperkosa oleh Sim Ki Liong karena gadis itu tidur di dalam kamarnya.

"Sebetulnya jahanam itu bermaksud untuk memperkosaku, Kongcu. Mungkin makanan kami bertiga, yaitu adik Hui, adik Cin dan aku, diberi obat pembius sehingga setelah makan minum, aku merasa mengantuk sekali. Adik Cin lalu menyuruh aku tidur di tempat tidurnya, dan ia tidak tega membangunkan aku, maka ia sendiri lalu tidur di kamarku malam itu. Maka, malapetaka yang mestinya menimpa diriku, berbalik menimpa dirinya."

"Keparat si Ki Liong itu!" Cang Sun mengepal tinju dengan marah.

"Setelah terjadi Peristiwa itu, adik Cin berusaha membunuh diri, akan tetapi aku dapat rnencegah dan membujuknya. Nah, itulah yang terjadi dan mengapa aku mengajukan syarat agar engkau suka menikah dengannya, Kongcu. Pertama, untuk menebus penyesalan hatiku bahwa ia menjadi korban karena aku. Kedua untuk rnencuci aib yang menimpa dirinya agar ia tidak melakukan kenekatan membunuh diri karena kalau hal itu terjadi, selama hidupku aku akan merasa menyesal dan merasa bersalah.”

Cang Sun mengangguk-angguk, termenung. Sungguh kasihan sekali Cin Nio pikirnya. Diapun tahu bahwa Cin Nio jatuh cinta padanya. Hal ini mudah saja dilihat dari sikapnya, suaranya, dan terutama sekali pandang matanya kalau berhadapan dengan dia. Dia tahu pula bahwa ayah dan ibunya mengharapkan agar dia menikah degan Cin Nio. Akan tetapi, ketika itu hati dan pikirannya masih dipenuhi bayangan Cia Kui Hong. Kemudian, muncul Mayang dan dia jatuh cinta kepada gadis peranakan Tibet itu. Dan kini, Mayang hanya mau menjadi isterinya kalau dia menikahi Cin Nio. Baru sekarang dia mendengar ada seorang gadis yang minta agar dimadu!






"Bagaimana, Kongcu? Kuharap engkau suka memberi keputusan sekarang."

"Tapi ia…… eh, mereka…… belum kembali, mereka masih berada dalam tangan penculik…….”

"Kongcu, aku percaya sepenuhnya kepada kakakku Tang Hay dan kepada enci Kui Hong. Mereka berdua pasti akan berhasil menyelamatkan adik Hui dan adik Cin. Aku menghendaki agar sebelum adik Cin pulang, engkau sudah dapat mengambil keputusan sekarang agar nanti kalau ia pulang, Kongcu langsung melamarnya. Kalau begitu, barulah aku akan menerima pinanganmu dengan sepenuh hatiku."

Cang Sun kini menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas panjang.
"Selama hidupku belum pernah aku mendengar hal yang seaneh ini, Mayang. Engkau seorang gadis yang luar biasa aneh akan tetapi juga baik budi. Baiklah, Mayang, kalau itu yang kau kehendaki. Aku akan menikah dengan engkau dan Cin-moi. Akan kuminta kepada ayah ibuku agar aku menikah dengan kalian dalam waktu yang sama.”

"Dan begitu adik Cin pulang, engkau akan langsung melamarnya agar hatiku tenteram dan ia tidak melakukan hal yang bukan-bukan?"

“Aku akan langsung rnelamarnya, akan tetapi dengan satu syarat”

"Eh? Engkau mengajukan syarat pula. Apa syaratmu Kongcu?"

“Engkau harus menemaniku, atau setidaknya engkau harus hadir dan menjadi saksi ketika aku melamarnya." Berkata demikian, Cang Sun kembali memegang kedua tangan Mayang.

“Baik, aku akan menghadirinya....... .” kata Mayang dan iapun tidak melanjutkan kata-katanya karena dengan penuh kebahagiaan Cang Sun sudah mendekapnya.

**** 101 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar