Ads

Senin, 01 Oktober 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 96

Yang paling kaget sampai mukanya berubah pucat adalah Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa ketika mereka mengenal orang yang datang itu karena pemuda itu bukan lain adalah Hay Hay!

Melihat pemuda itu, Mayang menjerit sambil terisak dan lari menghampiri Hay Hay, langsung meloncat dan merangkul leher pemuda itu.

“Hay-koko……. Hay-ko…… uuuuuhuhu-huuuuu……. Hay-kooo…..!” Ia menangis tersedu-sedu di dada kakaknya itu.

Hay Hay mengelus kepala adiknya penuh kasih sayang.
“Sssttt, Mayang adikku yang manis, dimana kegagahanmu? Hentikan tangismu, Mayang dan ceritakan apa yang terjadi.”

Dia lalu mengangkat muka dan bertemu pandang dengan Kui Hong. Keduanya beradu pandang mata, dua pasang sinar mata bertaut sejenak dan keduanya tersipu.

“Hay-ko…..!”

Kui Hong berbisik hampir tidak bersuara, akan tetapi bibirnya jelas menyebut nama pemuda itu.

“Hong-moi, kulihat mati-matian engkau melindungi Mayang adikku. Terima kasih! Akan tetapi apa yang telah terjadi? Ini si iblis betina dari Pek-lian-kauw kembali telah mengacau dan kenapa Ki Liong bahkan menyerang Mayang, bukan melindungi? Dan siapa pula kakek yang gagah ini?” Hay Hay bertanya.

Ki Liong merasa gentar bukan main dan diapun cepat berkata kepada Hek Tok Siansu,
“Suhu, inilah yang bernama Tang Hay, yang suhu cari-cari!” katanya.

Mendengar keterangan itu, Hek Tok Siansu terkejut, akan tetapi juga girang. Diam-diam dia lalu menggerakkan kekuatan sihirnya dan berkata dengan suara yang mengandung wibawa.

“Omitohud…… kiranya engkau yang bernama Tang Hay? Orang muda, engkaulah yang telah menewaskan dua orang saudara pinceng yang bernama Janghau Lama dan Pat Hoa Lama di Tibet?”

Hay Hay mengamati kakek itu dan dia menjawab,
“Kalau yang Lo-cian-pwe maksudkan tiga orang pendeta Lama yang memberontak kepada Dalai Lama itu, memang benar bahwa aku pernah bertentangan dengan mereka. Aku tidak membunuh siapapun, dan kalau ada yang tewas dalam pertandingan, maka itu sudahlah wajar. Yang bersalah akhirnya pasti akan kalah dan terhukum perbuatannya sendiri. Mengapa Lo-cian-pwe masih merasa penasaran?”

“Omitohud, engkau orang muda yang sombong. Kematian tiga orang saudara kami itu harus dibalas. Kim Mo Siankouw sudah membalas kematian Gunga Lama, dan sekarang, engkau harus menebus kematian Janghau Lama dan Pat Hoa Lama.”

“Kalau Lo-cian-pwe membela yang bersalah, berarti bahwa Lo-cian-pwe juga menyeleweng dari kebenaran!”

Kakek itu tertawa.
“Ha-ha, sungguh menyenangkan sekali bertemu dengan orang yang sudah lama kucari-cari. Menggembirakan sekali bertemu dengan orang-orang muda yang berkepandaian. Nah, orang-orang muda, mari kita bergembira, tertawa dengan gembira, ha-ha-ha-ha!!”

Suara tawanya sernakin lama semakin kuat dan mengandung getaran hebat, Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa sudah ikut tertawa. Mayang sendiri cepat mengerahkan ilmunya. Dari gurunya ia memang menerima ilmu yang menolak kekuatan sihir, maka ia dapat bertahan. Kui Hong juga tergetar hebat dan dengan segera mengerahkan sin-kang untuk menolak, namun tetap saja mulutnya membentuk senyum lebar.

"Bagus, tertawalah Lo-cian-pwe. Tertawalah sepuasmu biar kulihat!" kata Hay Hay, tentu saja dengan mengerahkan kekuatan sihirnya untuk melawan.

Akhirnya, yang tertawa bergelak adalah kakek itu sendiri, diiringi suara tawa Ki Liong dan Bi Hwa! Melihat kenyataan ini, Hek Tok Siansu terkejut. Dia mempergunakan sihir agar para lawan itu tertawa dan pemuda itu dia kuasai. Tidak tahunya sekarang malah dia sendiri yang tertawa dan tidak dapat dihentikan Cepat dia merendahkan tubuhnya, seperti katak hendak meloncat dan mengerahkan tenaga dari dalam perut sehingga terdengar bunyi berkokok seperti katak. Akan tetapi dia berhasil menghentikan tawanya dan otomatis Ki Liong dan Bi Hwa juga berhenti tertawa. Wajah dua orang itu menjadi pucat.

"Tang Hay, hari ini, pinceng Hek Tok Siansu akan membuat perhitungan denganmu! Bersiaplah untuk menebus kematian saudara-saudaraku!” kakek itu membentak.

Hay Hay tersenyum.
"Kalau Lo-cianpwe tetap hendak membela yang bersalah, dan ingin menyusul mereka, silakan!"

Hek Tok Siansu yang sudah marah sekali, segera memutar kedua lengannya dan dia sudah menyerang Hay Hay dengan ilmu pukulannya yang ampuh, yaitu pukulan Gelombang Samudera yang amat dahsyati Hay Hay mengenal ilmu pukulan ampuh, maka diapun mengerahkan tenaga dan menyambut dengan kedua tangannya

“Dess....... !!" keduanya terpental ke belakang.

Ternyata tenaga mereka seimbang. Hal ini mengejutkan Hek Tok Siansu dan diapun semakin penasarang tubuhnya seperti menggelundung dan ia menyerang semakin dahsyat. Hay Hay menyambutnya dan dua orang sakti ini segera bertanding.

Tiba-tiba Su Bi Hwa yang melihat betapa keadaan pihaknya tidak menguntungkan segera mengeluarkan suara bersuit nyaring. Dan bermunculanlah belasan orang tosu Pek-lian-kauw dari tempat persembunyian mereka!






Melihat ini, Kui Hong meloncat rnendekati Mayang. Mereka beradu punggung dan saling melindungi, menghadapi pengepungan Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa yang dibantu belasan orang tosu Pek-lian-kauw!

Hay Hay maklum akan kehebatan lawannya, juga ia tahu bahwa Kui Hong dan Mayang dikeroyok banyak orang. Maka, diapun cepat menggunakan ilmunya giauw-pon-poan-san, dengan langkah terputar-putar dia dapat membuat lawannya hanya membuang-buang tenaga sia-sia belaka. Hay Hay kadang-kadang meninggalkan kakek itu dan menerjang untuk membantu Kui Hong dan Mayang, membubarkan kepungan dan merobohkan satu dua orang pengeroyok. Baru dia menahan lagi kalau kakek itu mendesak, lalu menggunakan langkahnya yang ajaib itu untuk bermain kucing-kucingan. Dengan demikian, Hay Hay dapat melindungi Mayang dan Kui Hong.

Pada waktu itu, ilmu kepandaian Cia Kui Hong telah meningkat karena selama ia berada di Ci-ling-san, di bawah pengamatan ayah bundanya, ia berlatih dengan tekun sehingga saat itu, tingkat kepandaiannya sudah melebihi ayah dan ibunya. Hal ini tidak mengherankan karena gadis perkasa ini pernah digembleng sendiri oleh kakek dan neneknya, yaitu Pendekar Sadis dan isterinya di pulau Teratai Merah.

Biarpun ia harus menghadapi pengeroyokan Sim Ki Liong dan Su Bi Hwa, ia tidak akan kewalahan dan mampu mengimbangi mereka berdua. Mayang sendiripun bukan gadis lemah. Akan tetapi ia telah terluka, dan para anggauta Pek-lian-kauw yang kini mengeroyok ia dan Kui Hong, berjumlah tiga belas orang dan mereka itu bukan anggauta biasa, melainkan tokoh-tokoh yang telah memiliki kepandaian tinggi.

Maka, bagaimanapun Kui Hong mengamuk, tetap saja ia harus melindungi Mayang dan kedua gadis ini tetap terdesak. Untung disitu ada Hay Hay. Dengan siasatnya kadang-kadang melawan Hek Tok Siansu, dan kalau ada kesempatan ia meloncat dan menggempur para pengeroyok kedua orang gadis itu, dan gempurannya selalu merobohkan seorang pengeroyok, maka keadaan menjadi seimbang.

Sim Ki Liong yang menyamar dengan nama Liong Ki dan Bi Hwa yang memakai nama Liong Bi, adalah dua orang yang kicik. Mereka tidak mengenal apa yang disebut budi, tidak mengenal setia kawan. Mereka hanya mementingkan diri sendiri. Kini, melihat keadaan mereka yang tidak lahan semalarri. Maka, mendengar ucapan menguntungkan mereka merasa gelisah. Mereka tahu bahwa setelah rahasia mereka kini diketahui Mayang, tidak mungkin bagi mereka kembali ke istana Menteri Cang Ku Ceng. Dalam keadaan yang gawat itu, Liong Bi berbisik kepada Liong Ki,

“Cepat, kita harus pergi dari sini agar jangan terlambat!”

Dua orang itu memang memiliki jalan pikiran yang sama, maka mendengar ucapan itu saja Liong Ki sudah dapat menangkap maksud yang terkandung di dalamnya. Dipun melihat bahwa keadaan mereka amat tidak menguntungkan dan diam-diam dia mengutuk Mayang. Gadis itulah gara-gara semua kegagalan ini. Dia sama sekali tidak mengira bahwa malam itu bukan Mayang gadis yang di perkosanya selagi terbius, melainkan Teng Cin Nio!

Dan Mayang telah mengetahui hal itu. Semua menjadi gagal! Kalau menteri Cang pulang dan mendengar akan peristiwa itu, tentu dia akan ditangkap. Habislah sudah semua cita-cita yang muluk, hancur oleh kesalahan semalam. Maka, mendengar ucapan Liong Bi, diapun mengangguk-angguk dan keduanya lalu keluar dari kalangan pertempuran, membiarkan sisa anggauta Pek-lia-kauw untuk mengeroyok Kui Hong dan Mayang.

Karena ditinggakan dua orang itu, belasan orang Pek-lian-kauw menjadi kocar-kacir melawan amukan Kui Hong dan Mayang. Beberapa orang terpelanting roboh disambar sepasang pedang Hok-mo Siang-kiam di tangan Kui Hong dan beberapa orang lagi roboh disambar pecut di tangan Mayang, walaupun pecut itu telah putus bagian ujungnya.

"Enci Hong, cepat kejar mereka, lindungi keluarga Menteri Cang!"

Mayang berseru dengan khawatir. Ia sendiri merasa tidak mampu untuk melawan dua orang lihai itu.

Mendengar itu, Kui Hong terkejut. Berbahaya sekali kalau orang-orang macam Ki Liong dan Bi Hwa itu benar-benar menyerang keluarga Menteri-Cang. Ia meloncat ke belakang dan menoleh ke arah Hay Hay yang masih bertanding dengan seru melawan Hek Tok Siansu.

Pertandingan antara dua orang itu berlangsung dengan seru. Kakek itu berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan Hay Hay, untuk membalas dendamnya. Dia sudah bertubi-tubi melakukan penyerangan dengan pukulan Angin Taufan, pukulan Gelombang Samudera, bahkan dia sudah menggunakan cara bergulingan seperti trenggiling, lalu mendekam dan melancarkan pukulan sakti seperti katak hendak meloncat.

Namun Hay Hay selalu dapat menghindarkan diri. Langkah-langkah ajaib giau-pouw-poan-san dapat menghindarkan sernua pukulan dan kalau sekali dua kali pemuda itu menangkis, maka keduanya terpental karena memang tenaga sinkang mereka seimbang. Hay Hay juga penasaran jarang dia berhadapan dengan lawan setangguh ini. Baru setelah dia memainkan Ciu-sian Cappek-ciang, yaitu,delapan belas jurus ilmu pukulan yang dipeiajarinya dari Ciu-sian Sin-kai, kakek gendut berkulit hitam itu terdesak mundur. Pada saat itulah Kui Hong meloncat ke belakang meninggalkan gelanggang.

"Hay-ko, kau lindungi Mayang. Aku harus melindungi keluarga Cang!” kata Kui Hong.

Melihat Kui Hong berlari cepat meninggalkan tempat itu, Hay Hay menjadi sadar. Tadi Sim Ki Liong dan wanita cantik yang dia kenal sebagai Tok-ciang Bi Moli yang pernah mengacau Cin-ling-pai telah melarikan diri. Kalau kini Kui Hong mengatakan hendak melindungi keluarga Cang, berarti kedua orang tadi mungkin merupakan ancaman bagi keluarga bangsawan itu.

Akan tetapi Mayang masih dikeroyok beberapa orang anggauta Pek-lian kauw, dan disini terdapat pula Hek Sansu yang lihai. Kalau dia pergi mengejar dan membantu Kui Hong, tentu Mayang terancarn bahaya. Tak mungkin dia rneninggalkan Mayang, apa lagi kelihatannya adiknya itu telah menderita luka-luka.

Karena mengkhawatirkan Kui Hong yang melakukan pengejaran seorang diri, juga mengkhawatirkan keadaan Mayang, Hay Hay menjadi rnarah. Dia mengerahkan seluruh tenaga saktinya, lalu mengeluarkan teriakan melengking.

Teriakan ini mengandung kekuatan sihir yang amat dahsyat sehingga Hek Tok Siansu sendiri sampai terhuyung ke belakang dan mukanya berubah pucat. Saat itu dipergunakan oleh Hay Hay untuk menyerang dengan dorongan kedua tangannya.

Saat itu tubuh Hek Tok Siansu sedang terhuyung oleh daya kekuatan lengking nyaring yang dikeluarkan Hay Hay, maka datangnya serangan ini amat dahsyat. Dia berusaha mengerahkan tenaga untuk menyambut dengan dorongan kedua tangannya pula.

“Desss….!”

Dua tenaga dahsyat bertemu dan akibatnya, tubuh Hay Hay terlempar ke atas. Dia membuat salto sampai lima kaki baru turun ke bawah. Akan tetapi kakek itu terjengkang dan dia cepat duduk bersila mengatur pernapasan dan mengusap darah dari bibirnya. Setelah itu, dia membuka mata, memandang kepada Hay Hay dengan sinar mata kagum dan tidak percaya, lalu berkata dengan lirih.

“Tang Hay, lain kali kita bertemu lagi." Dan diapun bangkit berdiri lalu berkelebat pergi dengan cepatnya.

Melihat kakek itu melarikan diri, sisa orang-orang Pek-lian-kauw tentu saja menjadi ketakutan dan merekapun lari meninggalkan kawan-kawan mereka yang terluka atau tewas.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar