Ads

Senin, 01 Oktober 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 98

Suaranya parau dan dalam. Tahulah Ki Liong dan Bi Hwa bahwa mereka berhadapan dengan dua orang perampok yang hendak merampas kereta dan kuda. Mereka marah bercampur geli.

"Hemm, kalian sudah bosan hidup!" bentak Su Bi Hwa dan tangannya bergerak.

Jarum-jarum beracun meluncur menjadi sinar hitam kehijauan menyambar ke arah kedua orang perampok itu. Akan tetapi, kini kemarahan dua orang itu berubah menjadi kekagetan dan keheranan. Dua orang "perampok" itu menggerakkan tangan mengibas dan semua jarum itu runtuh oleh hawa pukulan dari tangan mereka! Kibasan seperti itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki sin-kang (tangan sakti) yang kuat.

"Keparat, kalian benar-benar ingin mampus!"

Bi Hwa hendak melompat turun, akan tetapi tiba-tiba Ki Liong memegang pergelangan tangannya.

"Jangan turun, jaga dan todong kedua orang tawanan kita.” Bisiknya.

Bi Hwa adalah seorang wanita yang berpengalaman dan cerdik, maka seketika, iapun sadar, dan pedang yang tadinya sudah ia cabut untuk “menghajar” kedua orang perampok itu, kini sebaliknya ia todongkan kearah dua orang tawanan yang sudah tidak berdaya.

Ki Liong yang masih di bagian depan kereta memegang kendali kuda, kini tertawa bergelak,

"Ha-ha-ha-ha, Kui Hong dan Hay Hay, kalian kira aku begitu tolol untuk dapat kalian tipu? Jangan kalian bergerak, karena begitu kalian bergerak, nona Cang Hui dan Teng Cin Nio akan kami bunuh!"

Tentu saja Hay Hay dan Hui Hong terkejut bukan main. Tak mereka sangka bahwa Ki Liong demikian cerdiknya sehingga tidak dapat mereka pancing meninggalkan dua tawanannya. Mereka merasa tidak ada gunanya lagi menyamar, rnaka mereka merenggut lepas sapu tangan penutup kepala dan muka.

"Ki Liong, engkau iblis cerdik," kata Hay Hay, suaranya tenang saja walaupun didalam hatinya, dia merasa khawatir. "Bagaimana engkau dapat mengenal kami?"

"Heh-heh, Hay Hay, kau kira aku begitu bodoh? Ingat, sudah lama aku mengenal Kui Hong. Aku pernah tergila-gila kepadanya, dan aku ingat benar bentuk dan sinar matanya, ingat akan bentuk tubuhnya. Siapa lagi, kalau bukan ia yang dapat meruntuhkan jarum-jarum Tok-ciang Bi-Moli semudah itu? Dan yang pria tentu saja engkau, karena tadi kalian yang menentang kami. Nah, mudah sekali, bukan? Dan kalian yang bodoh. Jangan bergerak kalau menghendaki dua orang nona itu tidak mampus lebih dulu!"

Hay Hay menahan nafas, merasa tidak berdaya. Mengunakan sihir? Dia tahu bahwa Ki Liong terlalu lihai untuk dikuasai dengan sihir, karena tentu pemuda itu sudah siap siaga. Dan Su Bi Hwa adalah seorang tokoh Pek-lian-kauw, tentu saja ahli sihir dan kalau mereka berdua sudah siap siaga menjaga diri, sukarlah menguasai mereka dengan sihirnya. Berbahaya, tentu pedang di tangan iblis betina itu akan membunuh kedua orang gadis tawanan itu.

Selagi Hay Hay merasa bingung, dan tak berdaya, tiba-tiba Kui Hong mengeluarkan suara mengejek.

"Huh, engkau iblis berrnuka manusia, srigala berkedok domba, engkau jahanam busuk dan terkutuk Sim Ki Liong! Kau kira dapat menggertak kami dengan menyandera kedua gadis bangsawan itu? Bunuhlah mereka kalau engkau mau membunuh, akan tetapi ingat, kalau engkau dan siluman itu membunuh mereka, aku dan Hay-ko akan menangkap kalian dan engkau tentu masih ingat bahwa aku adalah cucu Pendekar Sadis! Dan engkau lebih mengetahui bahwa kakekku yang pernah menjadi gurumu itu dijuluki Pendakar Sadis bukan sekedar omong kosong. Aku juga tahu bagaimana caranya menyiksa kalian sesadis-sadisnya sebelum kalian mampus sehingga kalian akan mati seribu kali!”

Mendengar ancaman ini, meremang bulu tengkuk Ki Liong dan Bi Hwa. Mereka yakin bahwa kalau sedang marah, bukan tidak mungkin ancaman ketua Cin-ling-pai itu akan dilaksanakan!






Ki Liong dan Bi Hwa saling lirik dan muka mereka berubah agak pucat mendengar ancaman Kui Hong itu. Mereka berdua maklum bahwa kalau mereka membunuh dua orang gadis tawanan, pasti mereka harus melawan Kui Hong dan Hay Hay, dan mereka tahu bahwa mereka tidak akan menang. Kalau mereka tertawan dan ketua Cin-ling-pai, cucu Pendekar Sadis itu melaksanakan ancamannya, wah, sungguh rnengerikan sekali membayangkan derita siksaan yang akan mereka alami.

Diam-diam Hay Hay kagum kepada Kui Hong. Gadis pujaan hatinya itu telah mempergunakan siasat yang tepat sekali. Gertak dilawan dengan gertakan yang lebih hebat lagi! Dia tahu bahwa dalam keadaan bingung dan ragu, bisa saja dua orang manusia sesat itu menjadi nekat dan benar-benar membunuh dua orang gadis bangsawan, maka diapun cepat bicara dengan suara yang juga mengandung ejekan.

"Nah, kalian sudah mendengar sendiri ancaman cucu Pendekar Sadis! Aku sendiri hanya akan menyaksikan dari jauh karena aku pasti tidak tega melihat siksaan yang hanya dapat terjadi di neraka! Bagaimanapun juga, akhirnya kedua orang tawanan kalian mati kalian bunuh, dan kalian mati disiksa pangcu (ketua) dari Cin-ling-pai. Nah, bagaimana kalau kita biarkan kalian berempat tetap hidup?

Dalam keadaan panik dan bingung, ucapan Hay Hay itu merupakan pegangan harapan terakhir bagi Sim Ki Liong.

"Aku setuju! Cia Kui Hong, aku menawarkan penukaran nyawa kami berdua dengan nyawa dua orang tawanan kami."

Kui Hong tersenyum mengejek.
"Kalau menurut kata hatiku, aku tidak mungkin sudi melepaskanmu untuk kedua kalinya, Ki Liong. Dahulu, Mayang memohon dan mintakan ampun bagimu karena ia tertarik dan terbujuk rayuanmu. Karena mengira bahwa engkau akan berubah dan kembali ke jalan benar, aku membiarkan engkau pergi. Ternyata engkau malah mengkhianati Mayang! Karena Mayang tidak berada disini, biarlah kakaknya yang mengambil keputusan. Hay-ko, terserah kepadamu apa yang harus kita lakukan terhadap dua iblis ini."

Hay Hay bersikap acuh dan acuh dan suaranya sambil lalu saja ketika dia bertanya,
"Sim Ki Liong, mengadakan perjanjian dengan orang seperti engkau sungguh merugikan diri sendiri karena engkau adalah seorang pengkhianat yang tidak suka memegang janji. Nah, tawaran penukaran yang kau maksudkan itu bagaimana? Jelaskan, nona Cia Kui Hong dan aku akan mempertimbangkannya. Akan tetapi awas, kalau engkau bertindak curang apa yang diancamkan nona Cia Kui Hong tadi pasti akan menjadi kenyataan."

Sikap dan suara Hay Hay juga seperti orang yang tidak begitu memperdulikan nasib kedua gadis bangsawan itu sehingga Sim Ki Liong dan Siu Bi Hwa merasa kalah angin. Kalau saja yang mereka hadapi itu bukan Kui Hong dan Hay Hay, pikir mereka, kalau yang mereka hadapi itu Menteri Cang, pasti menteri itu tidak bersikap acuh seperti ini, tentu akan memperhatikan apa yang mereka tuntut dan memenuhinya tanpa banyak berbantah lagi. Akan tetapi, dua orang ini tidak dapat mereka gertak dan agaknya tidak perduli apakah mereka akan membunuh dua orang gadis itu atau tidak. Sebaliknya merekalah yang terancam!

"Kui Hong dan Hay Hay, kalau kalian mau berjanji tidak akan menyerang kami, dan membiarkan kami pergi dari sini, maka kami pun akan menyerahkan dua orang gadis di dalam kereta ini kepada kalian. Kami percaya akan janji kalian, terutama sekaii janji yang keluar dari mulut ketua Cin-ling-pai. Kalau kalian tidak mau, apa boleh buat, dua orang nona ini akan kami bunuh, kemudian melawan kalian mati-matian mengadu nyawa. Bagaimanapun juga, kami sudah untung membunuh dua orang gadis tawanan ini."

Hay Hay pura-pura meragu lalu bertanya, sambil menoleh kepada Kui Hong,
“Bagaimana pendapatmu, Pangcu (ketua)? Rasanya sayang membiarkan dua ekor tikus busuk ini pergi, setelah kita dengan mudah akan dapat menangkapnya dan menyeretnya ke depan Menteri Cang, atau rnembunuh mereka disini seperti dua ekor tikus. Bagaimana pendapatmu dengan penawaran mereka itu?"

Kui Hong juga memperlihatkan sikap ragu-ragu.
"Hemm, akupun merasa sayang kalau harus melepaskan dua iblis busuk yang layak mampus ini. Akan tetapi, bagaimanapun juga, nyawa mereka tidak ada harganya. Dua orang nona itu jauh lebih berharga. Biarlah untuk sekali ini kita mengalah dan membiarkan mereka pergi, akan tetapi lain kali kita tidak akan mengampuni mereka lagi."

"Nah, Cia Kui Hong, sebagai ketua Cin-ling-pai, berjanjilah bahwa engkau dan Hay Hay tidak akan menyerang kami dan membiarkan kami pergi." kata Sim Ki Liong, diam-diam merasa girang sekali.

Bagi dia dan Bi Hwa pada saat itu, yang paling penting adalah kebebasan dan keselamatan mereka. Yang lain-lain tidak ada artinya. Kalau mereka masih hidup, tentu mereka akan dapat bercita-cita lagi, mengejar segala macam kesenangan lagi.

Kui Hong mengangguk.
"Baik sekali ini aku berjanji akan membiarkan kalian pergi, akan tetapi lain kali kita bertemu lagi, aku pasti tidak akan mengampuni kalian. Nah, pergilah cepat!”

Setelah rnendengar janji Kui Hong, Sim Ki Liong memandang dengan wajah berseri dan ia menjadi berani. Dia yakin bahwa orang seperti Cia Kui Hong, sampai matipun tidak akan sudi melanggar janjinya.

"Bi Hwa, tinggalkan mereka!” katanya kepada Su Bi Hwa.

Biarpun hatinya ragu dan khawatir, akan tetapi Bi Hwa percaya kepada Ki Liong dan melihat Ki Liong melompat turun dari kereta, iapun meninggalkan dua orang tawanan itu.

Ki Liong tersenyum dan berkata kepada Kui Hong.
"Nah Kui Hong, ambillah mereka dan biarkan kami membawa kereta itu. Atau kalian tukar dengan dua ekor kuda kalian, bukankah kalian masih untung sebuah kereta dalam penukaran ini?"

Kui Hong menudingkan telunjuknya ke arah bekas suhengnya itu.
"Sim Ki Liong manusia iblis tak tahu malu. Kalau engkau dan iblis betina ini mau pergi, cepatlah pergi dari sini sebelum aku kehilangan kesabaranku dan lupa diri, lupa janji! Semua kuda dan kereta ini milik Menteri Cang, kalian hanya mencuri. Nah, cepat menggelinding pergi dari sini!”

Ki Liong menyeringai, hatinya panas sekali, akan tetapi dia tidak berdaya. Kalau dia tidak terima, apakah yang dapat dia lakukan? Marah dan menyerang mereka? Kalau begitu, jelas diluar perjanjian dan berarti dia mencari penyakit, bahkan mungkin saja mencari mati. Karena merasa betapa Kui Hong sudah diikat janji, maka untuk melampiaskan kemarahan hatinya, diapun berseru marah.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar