Ads

Senin, 01 Oktober 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 99

"Cia Kui Hong, aku tidak akan melupakan penghinaan ini. Ingat baik-baik, sekali waktu engkau akan terjatuh ke tanganku dan engkau akan membayar semua hutangmu kepadaku berikut bunganya!”

Setelah berkata demikian, diapun memberi isyarat kepada Bi Hwa dan mereka berdua membalikkan tubuh dan berlari cepat meninggalkan tempat itu.

"Hemm, ingin sekali aku memukul pecah kepala yang isinya pikiran busuk itu!” kata Hay Hay.

"Sabarlah, yang paling penting kita menyelamatkan Cang Siocia." kata Kui Hong sambil mendekati kereta.

Melihat Cang Hui dan Cin Nio dalam keadaan lemas tertotok, Kui Hong menggerakkan jari tangannya membebaskan mereka dari pengaruh totokan. Begitu dapat menggerakkan tubuhnya, Cang Hui lalu merangkul Kui Hong sambil menangis.

"Enci Hong.........!!”

Kui Hong menepuk-nepuk pundak Cang Hui.
"Tenangkan hatimu, Nona. Engkau tidak diganggu oleh iblis itu, bukan?"

Cang Hui mengerti apa yang dimaksudkan Kui Hong dan ia menggeleng kepala,
"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi, enci Hong. Mereka itu tiba-tiba saja datang dan menotok lalu menculik kami. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi dengan Mayang dan mengapa pula mereka berdua yang selama ini diperlakukan dengan baik oleh ayah, kini berbalik menculik aku dan Cin Nio."

Kui Hong mengerutkan alisnya,
"Nona Cang, agaknya engkau belum mengenal betul siapa mereka tadi?"

"Tentu saja aku mengenal mereka. Mereka telah diterima sebagai pembantu dan pengawal keluarga kami oleh ayah. Mereka kakak beradik bernama Liong Ki dan Liong Bi!” kata Cang Hui heran.

Kui Hong menghela napas panjang dan menggeleng-geleng kepala.
"Rumah ayahmu telah kemasukan dua orang manusia iblis yang amat jahat, Nona. Akan tetapi panjang ceritanya dan nanti kita bicara dalam perjalanan pulang. Kami akan mengantar kalian pulang. Siapakah nona ini?" tanya Kui Hong menunjuk kepada Cin Nio.

Ketika ia berada di istana Menteri Cang dahulu, Cin Nio belum berada disana maka ia tidak mengenalnya.

"Ia adalah saudara misanku bernama Tan Cin Nio dan tinggal bersama kami. Dan siapakah pendekar ini?" Cang Hui memandang kepada Hay Hay, juga Cin Nio memandang.

"Aku, ji-wi Sio-cia (nona berdua)? Namaku Tang Hay akan tetapi panggil saja aku Hay Hay. Ah, sekarang aku mengerti mengapa Sim Ki Liong yang jahat itu menculik kalian. Kiranya kalian adalah dua orang nona bangsawan yang cantik jelita bagaikan dua tangkai bunga yang sedang mekar merekah dengan harumnya.......”

"Ihhhh.......”

Cang Hui terkejut mendengar ucapan yang Memuji dan merayu itu, dan ia menoleh kepada Kui Hong dengan sinar mata bertanya-tanya mengapa Kui Hong berkawan dengan pria yang kurang ajar itu!

Kui Hong tersenyum.
“Saudara Tang Hay atau Hay Hay ini adalah seorang pendekar yang dikenal baik oleh ayahmu. Jangan kaget melihat dan mendengar sikapnya yang seperti merayu karena memang julukannya adalah Pendekar Mata Keranjang! Akan tetapi hatinya bersih. Hay-ko, jagalah sikap dan kata katamu agar tidak mengejutkan nona Cang dan nona Teng.”






Hay Hay tersenyum. Girang hatinya mendengar ucapan Kui Hong tadi karena ucapan itu jelas membuktikan bahwa Kui Hong telah mengenalnya dan tidak akan merasa cemburu kalau dia memuji-muji kecantikan wanita dengan sejujurnya.

"Ji-wi Sio-cia, harap ji-wi sudi memaafkan kalau sikapku tidak berkenan di hati ji-wi. Dua orang dara seperti jiwi yang anggun seperti bidadari, tentu memiliki belas kasihan seperti bidadari pula dan sudi memaafkan seorang hamba rendah macam diriku.”

Cang Hui adalah seorang gadis yang lincah jenaka dan selalu gembira. Biarpun baru saja terbebas dari ancaman yang lebih mengerikan daripada maut, namun kini setelah mendengar keterangan Kui Hong tentang Hay Hay dan mendengar ucapannya yang terakhir itu, mau tidak mau ia terkekeh geli.

"Aduh, setiap orang gadis harus berhati-hati sekali menjaga diri kalau bertemu dengan Tai-hiap ini! Kalau tidak hati-hati tentu akan mudah jatuh bangun!”

Hay Hay menjadi semakin gembira. Kiranya puteri Menteri Cang Ku Ceng ini seorang gadis yang lincah jenaka.

"Maaf, Siocia. Apanya yang jatuh bangun itu?"

"Apanya? Tentu saja hatinya!" kata Cang Hui. "Enci Hong, sekarang ceritakan, apa artinya kata-katamu, tentang diri Liong Ki dan Liong Bi tadi?”

"Mari kita naik kereta. Hay-ko, engkau yang menjadi kusir." kata Kui Hong.

Hay Hay tertawa dan mereka semua naik ke dalam kereta. Tiga orang itu duduk di dalam dan Hay Hay duduk di depan, di tempat kusir. Dua ekor kuda itu memang kuda pilihan, dan kuda yang tadi dituggangi Kui Hong diikat di belakang kereta.

Dalam perjalanan kernbali ke kota raja itulah Kui Hong memberi penjelasan kepada Cang Hui dan Cin Nio tentang dua orang yang selama ini dipercaya oleh keluarga Cang itu.

"Orang yang kalian kenal sebagai Liong Ki itu sebetulnya bernama Sim Ki Liong, dan dia sebetulnya adalah murid dari kakekku, akan tetapi telah menyeleweng dan tidak diakui lagi bahkan menjadi musuh besarku. Dia pengkhianat, curang dan licik, seorang yang berbahaya sekali karena dia pandai bersikap seperti seorang pendekar budiman. Dia pernah membantu gerakan pemberontak yang telah dihancurkan. Dia amat jahat dan palsu. Untunglah bahwa engkau dapat terlepas dari tangannya, Nona."

Tiba-tiba Teng Cin Nio menangis. Gadis ini merasa betapa jantungnya seperti ditusuk-tusuk ketika mendengar ucapan Kui Hong. Ia telah menjadi korban kejahatan Sim Ki Liong! Hanya Mayang seorang yang tahu akan peristiwa itu, dan hanya karena bujukan Mayang sampai hari ini ia masih hidup, karena aib itu membuat ia ingin bunuh diri saja.

"Enci Cin, kenapa engkau menangis?” tanya Cang Hui. "Sepatutnya kita bersukur telah terbebas dari tangan dua orang manusia iblis itu.”

"Adik Hui, aku teringat akan Mayang. Kalau mereka itu demikian jahatnya, kenapa Mayang datang bersama mereka ke rumah keluarga Cang? Kenapa Mayang mau berdekatan dengan mereka, padahal kita mengetahui benar bahwa Mayang adalah seorang gadis yang baik?"

"Ah, hal itu memang perlu dijelaskan agar tidak salah sangka." kata Kui Hong. “Memang Nona benar kalau mengatakan bahwa Mayang adalah seorang gadis yang baik dan gagah perkasa. Bagaimana tidak akan demikian kalau ia adalah adik dari Pendekar Mata Keranjang ini?"

“Aihh, Hong-moi, kenapa engkau suka sekaili menyebut mata keranjang? Engkau bisa membuat aku benar-benar merasa mata keranjang!”

"Memang kau mata keranjang, habis disuruh mengatakan apa? Akan tetapi aku sekarang tahu bahwa seluruh pria di dunia ini, bahkan seluruh mahluk jantan di dunia ini, semua mata keranjang! Hanya ada yang kecil. ada yang besar kadarnya, ada yang jujur seperti engkau, ada yang pura-pura, ada yang kasar dan ada yang halus, ada yang mampu mengendalikan diri dan ada yang menjadi hamba nafsunya."

"Enci Kui Hong, kalau memang Mayang seorang pendekar wanita yang perkasa, kenapa ia ikut-ikutan, menyelundup kedalam keluarga Cang?" Kini Cin Nio mendesak, marasa penasaran.

"Karena Mayang pernah terpikat dan jatuh cinta kepadanya, itulah sebabnya. Ketika aku akan membunuhnya dalam pertempuran menghancurkan pemberontak, Mayang mintakan ampun untuknya, karena Mayang berharap agar Ki Liong dapat sadar dari kesesatannya. Dan entah bagaimana Mayang dapat bergaul pula dengan Tok-ciang Bi Moli Su Bi Hwa, dan mau saja diajak menyusup ke dalam keluarga Cang. Hal itu tentu ada sebabnya dan nanti Mayang dapat menjelaskan kepada kita. Mungkin Mayang tidak tahu siapa sebenarnya iblis betina yang memakai nama Liong Bi itu. Kemudian, agaknya ia mengetahui juga rahasia mereka dan karenanya ia menentang mereka yang dibantu pula oleh Hek Tok Siansu, seorang datuk yang lihai."

"Kakek itu diakui guru oleh mereka, bahkan mereka mengajak kakek itu menghadap ayah!” kata Cang Hui terkejut.

"Sungguh berbahaya sekali. Untung sekarang rahasia mereka telah diketahui dan mereka tidak akan mungkin berani lagi muncul di rumah keluarga Cang." kata Kui Hong. "Hampir saja Mayang menjadi korban ketika dikeroyok oleh dua orang iblis itu, ketika aku dan kemudian Hay-koko ini muncul dan membantu Mayang.”

"Aku yakin bahwa Mayang tentu mempunyai alasan yang kuat kenapa ia dapat datang bersama mereka menghadap ayah." kata Cang Hui. "Dimana sekarang Mayang dan bagaimana keadaannya?"

"Ia menderita luka, akan tetapi agaknya tidak parah dan sekarang telah berada di rumah keluargamu, Siocia. Tadi ia dilindungi kakaknya dan diantar kesana."

Kereta telah tiba di pekarangan gedung tempat tinggal keluarga Cang. Tentu saja mereka disambut dengan penuh kegembiraan, bukan saja oleh Cang Sun, ibunya dan Mayang, bahkan semua pengawal merasa gembira dan lega karena tadi mereka tentu saja merasa khawatir dan tentu mereka akan mendapat hukuman berat dari Menteri Cang kalau sampai terjadi sesuatu atas diri Cang Siocia.

**** 99 ****





Tidak ada komentar:

Posting Komentar