Ads

Senin, 27 Agustus 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 20

"Cu-wi Lo-cian-pwe dan Eng-hiong (pendekar), saya telah melihat sendiri bukti dari semua yang cu-wi ceritakan. Saya tidak dapat menyangkal lagi bahwa memang cu-wi mendapatkan gangguan-gangguan hebat di Cin-ling-pai. Akan tetapi, sekarang ini saya belum dapat menangkap murid-murid Cin-ling-pai yang berdosa, dan saya akan menyelidikinya dengan teliti. Pula, terdapat kemungkinan bahwa ada yang sengaja hendak merusak nama baik Cin-ling-pai, karena bagaimanapun juga, rasanya tidak masuk di akal kalau murid-murid Cin-ling-pai melakukan kejahatan sekeji itu."

"Bagus!” Poa Cin An bangkit dan berseru keras. "Jadi setelah menyaksikan dengan mata sendiri jenazah puteriku, Gouw Pangcu masih hendak melindungi murid Cin-ling-pai? Sekarang juga kami menuntut agar jahanam she Lui murid Cin-ling-pai itu ditangkap dan diserahkan kepada kami! Akan kami penggal lehernya agar kepalanya dapat kami pakai menyembahyangi jenazah Liu In!"

"Benar sekali itu!" teriak pula Tiong Gi Cin-jin. "Semua murid Cin-ling-pai harus dipaksa mengaku, kalau perlu disiksa, siapa yang telah membunuh Gu Kay Ek murid pinto (aku) dan harus menerima hukuman yang adil!"

"Sian-cai! Apa yang dikatakan para wakil Go-bi-pai dan Bu-tong-pai itu benar sekali!" kata Yang TeK Tosu "Penghinaan ini harus dibayar lunas! Kalau pemimpin Cin-ling-pai hendak mengelak, akan kami hajar semua murid Cin-ling-pai untuk mengaku!"

Berkata demikian, Yang Tek Tosu yang sudah marah sekali itu meloncat dari atas bangkunya dan berdiri dengan dua tangan terkepal.

"Totiang, tahan bicaramu itu!" tiba-tiba Ciok Gun membentak dan diapun sudah melompat dan berdiri di depan Yang Tek Tosu. "Ingat bahwa engkau adalah seorang tamu yang tidak layak bersikap sembarangan dan seenaknya saja!"

Melihat ini, Gouw Kian Sun terkejut dan heran, juga amat gelisah. Dia terkejut melihat sikap muridnya itu, dan juga heran karena muridnya ini memiliki watak yang pendiam, akan tetapi sekarang jadi pandai bicara! Dan diapun tahu bahwa muridnya ini "dikendalikan" oleh orang-orang Pek-lian-kauw, agaknya sengaja untuk memperuncing keadaan yang sudah gawat itu.

Yang Tek Tosu sudah marah sekali, dan mendengar ucapan Ciok Gun, diapun membentak,

“Memang pinto seorang tamu seperti yang lain, akan tetapi ingat, kami adalah tamu-tamu yang diundang, tamu terhormat, bukan tamu liar! Sepatutnya kalau tuan rumah menghormati kami, bukan malah menghina dan membunuh. Apakah Cin-ling-pai kini berubah menjadi perkumpulan pembunuh dan penjahat keji?"

“Totiang, engkau sungguh menghina kami!" bentak Ciok Gun. "Sudah kami katakan bahwa kami hendak menyelidiki urusan ini, tapi Totiang mendesak. Kalau saat ini kami belum dapat menyerahkan mereka yang bersalah, habis Totiang mau apa? Akan menghajar kami? Hemm, aku khawatir Totiang tidak ada kemampuan untuk itu!"

"Jahanam kau!"

Yang Tek Tosu yang sudah marah sekali kehilangan kesabarannya lagi dan diapun mendorongkan tangan kanannya ke arah dada Ciok Gun, dengan niat untuk membuat orang muda itu terpelanting agar dapat berurusan sendiri dengan wakil ketua Cin-ling-pai yang pada waktu itu merupakan orang pertama di Cin-ling-pai.

Akan tetapi, Ciok Gun tidak mengelak, bahkan diapun mendorongkan tangan kanannya menyambut pukulan itu. Dua buah tangan yang jari-jarinya terbuka bertemu dengan kuatnya.

"Dessss…….!!"

Ciok Gun terdorong mundur dua langkah, akan tetapi juga Yang Tek Tosu terdorong ke belakang dua langkah pula. Diam-diam Kian Sun terkejut. Yang Tek Tosu adalah tokoh tingkat dua di Kun-lun-pai, akan tetapi pukulan tangan kosong yang mengandung sin-kang amat kuat itu dapat ditahan bahkan diimbangi oleh muridnya! Juga Yang Tek Tosu terkejut dan semakin marah.

"Siapakah engkau?" bentaknya.

"Namaku Ciok Gun dan aku pembantu utama suhu .Yang menjadi wakil ketua Cin-ling-pai. Kalau perlu, aku dapat mewakili suhu menghadapi siapa saja yang hendak mengganggu Cin-ling-pai!"

Tentu saja diam-diam semua orang terkejut. Tak mereka sangka bahwa wakil ketua Cin-ling-pai demikian lihainya sehingga muridnya saja mampu mengimbangi tenaga tokoh tingkat dua dari Kun-lun-pai!

"Ciok Gun, jangan kurang ajar!"

Tiba-tiba Gouw Kian Sun tidak dapat menahan dirinya lagi dan dia meloncat ke depan, Ciok Gun membalik dan kini guru dan murid itu berdiri berhadapan. Mula-mula Ciok Gun memperlihatkan sikap melawan, akan tetapi tiba-tiba saja, seperti ada yang membisikinya, dia mundur dan duduk kembali.

Gouw Kian Sun kini berdiri di tengah ruangan itu, dan dia mengangkat kedua tangan memberi hormat kepada semua tamu.

"Saya mengerti akan kemarahan cu-wi (anda sekalian). Karena tidak mungkin bagi saya untuk cepat-cepat dapat menangkap para murid yang melakukan perbuatan keji itu, biarlah saya sebagai pimpinan Cin-ping-pai yang bertanggung jawab. Nah, cu-wi majulah dan hukumlah saya, saya tidak akan melawan. Saya mewakili dan menanggung dosa semua murid Cin-ling-pai!"






Gouw Kian Sun memang sudah nekat. Nama baik Cin-ling-pai berada di ambang kehancuran. Permusuhan dengan perguruan-perguruan besar akan meledak, dan semua keluarga Cia masih berada dalam cengkeraman Pek-lian-kauw. Dia tidak mampu berbuat apa-apa untuk menghindarkan keluarga Cia dari malapetaka! Maka, diapun hendak mengorbankan diri saking putus asa.

Sikapnya ini diterima salah oleh Yang Tek Tosu, Tiong Gi Cinjin dan Poa Cin An. Mereka menganggap bahwa sikap ini berarti melindungi para murid yang telah melakukan kejahatan besar. Mereka semua mengenal Cia Kong Liang sebagai ketua Cin-ling-pai yang keras dan adil, juga mengenal puteranya yang pernah menjadi ketua Cin-ling-pai pula, yaitu Cia Hui Song yang gagah perkasa dan berjiwa pendekar.

Jelas kalau ada kedua orang itu, tidak ada murid Cin-ling-pai berani melakukan kejahatan. Akan tetapi sekarang, yang menjadi pimpinan adalah Gouw Kian Sun dan terjadilah semua kejahatan itu. Agaknya Gouw Kian Sun inipun bukan orang baik-baik!

"Bagus, kalau murid-muridnya jahat dan keji, tentu ketuanya lebih jahat lagi dan memang pantas dihukum mati!" bentak Yang Tek Tosu. Juga Tiong Gi Cin-jin dan Poa Cin An sudah maju, siap untuk menyerang Gouw Kian Sun.

"Omitohud, harap saudara sekalian suka menahan diri, jangan menuruti nafsu amarah dan dendam." tiba-tiba Thian Hok Hwesio berseru dan bersama sutenya, Thian Khi Hwesio, dia sudah melangkah maju melerai.

Yang Tek Tosu memandang kepada dua orang hwesio itu dengan sinar mata yang masih diliputi kemarahan.

"Hemm, sahabat-sahabat dari siauw-lim-pai mempunyai petunjuk yang bagaimana?"

Ucapan ini bukan hanya mengandung pertanyaan, akan tetapi juga celaan mengapa dua orang hwesio yang juga mengalami penghinaan itu maju melerai.

"Omitohud, pinceng (aku) tidak menyalahkan kalau cu-wi marah-marah dan hendak menuntut balas. Akan tetapi harap diingat bahwa saat ini, para tokoh besar Cin-ling-pai, yaitu keluarga Cia, tidak ada yang berada disini. Dan bagaimanapun juga, jelas bahwa semua kejahatan dilakukan oleh para murid Cin-ling-pai, bukan oleh Gouw Pangcu. Biarpun dia harus bertanggung jawab, akan tetapi kita harus memberi waktu kepadanya. Kita tidak bisa memaksanya untuk sekarang juga melunasi hutang itu. Apalagi kita sebagai tamu harus ingat bahwa Gouw Pangcu menghadapi hari pernikahannya besok. Sungguh tidak tepat kalau kita harus mengeruhkan tempat ini dengan pembalasan dendam. Urusan ini dapat diselesaikan kapanpun juga. Maka, sebaiknya kalau kita memberi waktu kepada Gouw Pangcu untuk menangkapi murid-muridnya yang berdosa selama satu bulan. Biarlah dia melaksanakan pernikahannya dulu dan mengerahkan murid-muridnya untuk menagkapi mereka yang berdosa. Sebulan lagi, tanggal satu bulan depan , kita datang kesini untuk minta pertanggungan jawab Gouw Pangcu. Pinceng harap cu-wi setuju dengan usul pinceng ini, karena pinceng percaya bahwa cu-wi adalah orang-orang bijaksana. Bagaimanapun juga Gouw-pangcu tidak akan dapat lari dari kita, bukan?"

Tiong Gi Cinjin, Poa Cin An, Yang Tek Tosu dan kawan-kawan mereka saling pandang, berbisik dan akhirnya mereka semua terpaksa menyetujui usul itu. Kalau mereka dapat membunuh Gouw Pangcu sekalipun, hal ini belum berarti membalaskan kematian murid dan puteri mereka. Dan memang semua peristiwa ini terjadi di luar tahu sang ketua, maka tentu membutuhkan waktu untuk membongkarnya dan menangkap yang bersalah! Selam itu mereka juga harus mengurus jenazah Poa Liu In dan Gu Kay Ek.

"Baik, sebulan lagi kami balik kesini!” kata Tiong Gi Cinjin yang mengajak murid-murid untuk meninggalkan tempat itu.

"Gouw Pangcu, sebulan lagi aku datang menerima pembunuh puteriku!" kata pula Poa Cin An yang juga mengajak murid-murld Go-bi-pai yang lain untuk pergi.

"Kamipun akan kembali sebulan lagi. .Mari kita pergi!" kata Yang Tek Tosu kepada murid keponakannya.

Kini tinggal dua orang hwesio itu yang berada disitu. Gouw Kian Sun yang masih berdiri seperti patung, kini menghadapi dua orang hwesio itu. Dia memberi hormat dan berkata,

"Terima kasih atas bantuan ji-wi Lo-suhu sehingga saya masih hidup sampai sekarang."

"Omitohud, tidak ada pertolongan, karena sebulan lagi Pangcu harus menghadapi mereka, juga kami sebulan lagi akan datang. Kalau benar Cin-ling-pai menyeleweng, kami harus menentangnya, dan kami ingin bertemu dengan keluarga Cia untuk minta penjelasan."

Dua orang hwesio itu juga meninggalkan tempat itu dan pada hari itu juga, rombongan dari empat perguruan besar ini meninggalkan Cin-ling-pai, membawa jenazah murid masing-masing.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar