Ads

Jumat, 05 Oktober 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 108

Mereka mengintai dan melihat serombongan orang memasuki rumah penginapan itu, langsung menuju ke ruangan belakang. Suami isteri ini terkejut dan heran mengenal adanya Sim Ki Liong diantara rombongan itu.

Selan Hek Tok Siansu dan Sim Ki Liong, ada pula dua orang tosu dan seorang wanita cantik yang tidak mereka kenal. Tadinya Bi Lian hendak menerjang keluar, mengingat bahwa Hek Tok Siansu adalah musuh besar yang bersama mendiang Ban Tok Siansu telah menyerang ayahnya. Akan tetapi suaminya merangkulnya dan mencegahnya, membisikkan bahwa yang melukai Siangkoan Ci Kang adalah Ban Tok Siansu, dan bahwa Hek Tok Siansu malah meninggalkan obat penawar racun yang telah menyembuhkan ayah mertuanya itu.

Betapapun juga, ketika pada keesokan harinya pagi-pagi sekali rombongan itu pergi, seperti yang mereka dengar dari pelayan rumah penginapan, Han Siong dan Bi Lian merasa tertarik dan melakukan perjalanan cepat mengejar ke arah perginya rombongan itu, yaitu ke arah kota raja. Dan akhirnya mereka melihat Hay Hay dan Kui Hong dikeroyok oleh rombongan itu, terdesak dan keadaannya gawat. Maka, tanpa diminta lagi mereka lalu terjun ke dalam pertempuran dan mereka berdua akhirnya dapat merobohkan dua orang tosu Pek-lian-kauw.

Kini mereka memandang ke arah perkelahian antara Hek Tok Siansu yang dikeroyok oleh Hay Hay dan Kui Hong. Mereka tidak maju membantu, karena mereka ingat bahwa bagaimanapun juga, Hek Tok Siansu telah memberi obat penawar racun dan menyembuhkan Siangkoan Ci Kang.

“Kita tidak boleh mencampuri, apalagi pihak Hay Hay dan Kui Hong sama sekali tidak membutuhkan bantuan,” kata Han Siong dan isterinya mengangguk membenarkan.

Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan suara orang riuh mendatangi ke arah tempat itu. Han Siong dan Bi Lian mengangkat muka memandang dan mereka terkejut ketika melihat rombongan orang yang tidak kurang dari seratus orang datang dari arah kota Cang-cow yang temboknya sudah nampak dari situ. Dan rombongan ini tanpa banyak cakap lagi menggunakan senjata mengepung Kui Hong dan Hay Hay yang sedang bertanding melawan Hek Tok Siansu, dan dari sikap mereka jelas bahwa mereka berpihak kepada Hek Tok Siansu!

Padahal, mereka itu terlihat seperti para petugas keamanan dari kota Cang-cow, sebagian mengenakan seragam, akan tetapi diantara mereka terdapat pula orang barat yang bermata biru, adapula orang asing yang pendek dan mengingatkan Han Siong pada orang Jepang, dan ada pula beberapa orang tosu seperti dua orang tosu yang mereka lawan tadi, yaitu tosu Pek-lain-kauw!

Maklum bahwa Hay Hay dan Kui Hong berada dalam bahaya, suami isteri muda ini tanpa banyak cakap lagi, segera mereka menerjang ke arah gerombolan orang yang baru tiba itu dan mengamuk dengan pedang mereka. Segera puluhan orang mengeroyok suami isteri ini. Melihat itu, Kui Hong yang tahu bahwa kekasihnya tidak akan kalah melawan Hek Tok Siansu, segera meloncat dan membantu suami isteri itu, menghadapi pengeroyokan banyak orang.

Kini terjadi pertempuran yang amat hebat. Tiga orang ini, Cia Kui Hong, Siangkoan Bi Lian, dan Pek Han Siong mengamuk dan diantara para pengeroyok banyak yang roboh bergelimpangan terkena sambaran sinar pedang mereka yang bergulung-gulung!

Betapapun gagah perkasanya tiga orang pendekar ini, menghadapi pengeroyokan puluhan orang yang mendekati seratus jumlahnya, apalagi disitu terdapat orang Pek-lian-kauw, jagoan-jagoan bajak laut Jepang, dan beberapa orang Portugis yang pandai mempergunakan pedang tipis panjang dan runcing, mereka terdesak juga dan terpaksa harus memutar pedang menjadi gulungan sinar yang menjadi perisai diri mereka.

Pertandingan antara Hay Hay dan Hek Tok Siansu juga amat seru. Hek Tok Siansu juga merasa penasaran dan marah bukan main ketika tadi terdesak karena masuknya Kui Hong ke dalam perkelahian. Kini dia melawan Hay Hay satu lawan satu, dan dia merasa penasaran. Apalagi hatinya besar karena munculnya rombongan para rekan dari kota Cong-cow.

Memang Su Bi Hwa, yang kini telah tewas, seorang wanita amat cerdik dan luas hubungannya. Ketika mereka bertiga melarikan diri dari kota raja, atas petunjuk Bi Hwa, mereka lari ke Cong-cow dan di kota itu ternyata Su Bi Hwa mempunyai hubungan dengan para tosu Pek-lian-kauw yang bersekutu dengan orang Portugis dan pejabat Cong-cow, juga dengan bajak-bajak laut Jepang.

Tentu saja Su Bi Hwa, Sim Ki Liong dan Hek Tok Siansu diterima dengan baik oleh pejabat Cong-cow yang bersekutu dengan orang Portugis, yaitu kepala daerah Yong Ki Hok dan wakilnya, yaitu Ouw Seng. Dua orang pejabat yang merencanakan pemberontakan karena mengandalkan kekuatan orang Portugis ini membutuhkan orang-orang pandai. Apalagi Hek Tok Siansu, Su Bi Hwa dan Sim Ki Liong datang diperkenalkan oleh orang-orang Pek-lian-kauw.






Ketika mendengar dari mata-mata yang melakukan penjagaan di sepanjang jalan di luar kota bahwa Hay Hay dan Cia Kui Hong menuju ke kota Cong-cow, Hek Tok Siansu, Su Bi Hwa, Sim Ki Liong dan dibantu dua orang tosu Pek-lian-kauw yang lihai, melakukan penghadangan. Agar tidak menarik perhatian, maka tidak dikirim pasukan, apalagi Hek Tok Siansu memastikan bahwa pihak mereka tentu akan cukup kuat untuk meringkus atau membunuh Hay Hay dan Kui Hong. Hanya ada beberapa orang mata-mata saja yang melakukan pengintaian untuk melihat hasil penghadangan terhadap dua orang musuh itu.

Para mata-mata inilah yang cepat mengirim laporan ke kota Cong-cow ketika pihak mereka kewalahan. Kepala daerah Yong Ki Hok cepat mengirim serombongan orang-orang yang terdiri dari campuran persekutuan mereka, namun kedatangan rombongan itu terlambat karena diantara lima orang jagoan mereka yang kini masih dapat bertahan hanyalah Hek Tok Siansu seorang, sedangkan empat orang yang lain, yaitu dua orang tosu Pek-lian-kauw yang tadinya disombongkan oleh para orang Pek-lian-kauw sebagai jagoan tangguh, juga Su Bi Hwa dan Sim Ki Liong, telah tewas!

Melihat munculnya gerombolan yang mempunyai banyak orang tangguh itu, Hay Hay merasa khawatir juga. Biarpun dia yakin akan kehebatan ilmu kepandaian Han Siong, Bi Lian dan Kui Hong, namun jelas nampak bahwa mereka mulai terhimpit oleh banyaknya musuh. Maka, diapun mengambil keputusan untuk cepat merobohkan Hek Tok Siansu. Namun, ternyata kakek inipun berusaha mati-matian, bukan hanya untuk melindungi dirinya, melainkan juga untuk membalas dengan serangan yang amat dahsyat, yang membuat Hay Hay tidak berani bersikap lengah.

“Aaauuughhhhhhhh!!”

Hek Tok Siansu kini mengirim serangan dengan ilmunya Angin Taufan yang dahsyat, dengan kedua lutut di tekuk dia meloncat ke depan dan mendorongkan kedua telapak tangannya ke arah Hay Hay. Pendekar ini maklum bahwa kalau dia tidak cepat mengalahkan orang ini, maka tiga orang temannya akan terancam bahaya. Sekali ini dia tidak lagi mengelak atau menangkis, melainkan dia mengerahkan sinkang pula dan menyambut dorongan itu dengan dorongan kedua telapak tangannya pula.

“Plakkk!!”

Dua pasang telapak tangan saling bertemu dan melekat! Keduanya mengerahkan tenaga sakti yang melalui telapak tangan mereka mempunyai kekuatan untuk membunuh lawan yang kuat sekalipun. Keduanya tak mau kalah karena mundur berarti hancur. Mengalah berarti terancam maut. Kini keadaan mereka sudah terlanjur, kedua pasang telapak tangan itu sudah saling melekat dan terjadi adu sin-kang yang tak dapat dilihat orang lain. Tubuh mereka tergetar dan dari ubun-ubun kepala mereka keluar mengepul uap tebal!

Dalam adu tenaga itu, Hay Hay maklum bahwa tenaga lawannya sunggguh amat dahsyat. Walaupun dia tidak dapat dikatakan lebih lemah, namun dia tidak berani menganggap diri lebih kuat. Andaikata ada selisihnya, maka dia hanya menang sedikit saja dan ini tidak cukup untuk dapat merobohkan lawan dalam waktu singkat.

Tahulah Hay Hay bahwa adu tenaga sin-kang ini akan berlangsung lama sebelum dia akan mampu mengalahkan kakek itu. Kini hanya tinggal mengadu daya tahan dan kekuatan napas saja karena tenaga mereka seimbang. Kalau saja Kui Hong tidak meninggalkannya untuk membantu Han Siong dan Bi Lian, tentu dengan bantuan kekasihnya itu dia akan mampu mendapat kemenangan tanpa banyak membuang waktu. Akan tetapi dia tidak menyalahkan Kui Hong. Memang Han Siong dan Bi Lian lebih perlu dibantu.

Tiba-tiba seorang tosu Pek-lian-kauw yang datang bersama rombongan itu, meloncat ke belakang Hay Hay yang berdiri dengan kedua lutut di tekuk dan kedua lengan diluruskan, dengan telapak tangan menempel pada kedua telapak tangan Hek Tok Siansu. Tosu Pek-lain-kauw itu tanpa banyak cakap lagi sudah menghantamkan telapak tangan kanannya ke punggung Hay Hay dengan pengerahan sin-kang yang cukup dahsyat.

“Plakkk!” telapak tangan itu menempel di punggung Hay Hay dan tenaga yang kuat memasuki tubuh Hay Hay melalui punggung itu.

Si tosu terkejut karena sama sekali tidak ada perlawanan dari orang yang dipukulnya, bahkan tenaga sin-kang dari telapak tangannya itu seperti menembus punggung dan memang hal itu di sengaja oleh Hay Hay. Dengan tingkatnya yang tinggi berkat gemblengan Sang Lojin, dia dapat menerima dan menampung tenaga dari hantaman tosu itu dan langsung menyalurkan hawa itu ke arah kedua telapak tangannya sehingga tenaganya bertambah besar menghadapi kedua telapak tangan Hek Tok Siansu.

“Uhhhh……!”

Hek Tok Siansu menyemburkan darah dari mulutnya dan dia memandang kepada tosu Pek-lian-kauw itu. Dia tidak berani membuka mulut melarangnya karena mengeluarkan kata-kata berarti memecah tenaga dan hal ini akan membahayakan nyawanya. Akan tetapi membiarkan saja tosu itu membantunya dan juga mendorongnya ke ambang maut karena lawannya yang masih muda itu mampu memanfaatkan serangan tosu itu untuk memperbesar tenaga sin-kangnya!

Akan tetapi, tosu Pek-lian-kauw itu biarpun dia seorang tokoh yang lihai, namun dia terlalu memandang rendah Hay Hay. Menerima dan menyalurkan tenaga lawan demi keuntungan diri sendiri merupakan ilmu yang amat langka, maka dia sama sekali tidak pernah mengira bahwa pemuda itu mampu melakukan hal itu, dan disangkanya bahwa Hek Tok Siansu sudah terluka dan lemah, maka diapun ketika melihat kakek itu menyemburkan darah, bermaksud untuk membantunya dan kini tangan kirinya di hantamkan ke punggung Hay Hay sambil mengerahkan seluruh sisa tenaganya.

“Dessssss…….!!”

Akibatnya hebat sekali. Hek Tok Siansu kembali menyemburkan darah dan diapun terjengkang, sedanglan tubuh Hay Hay bergulingan menjauh. Ketika pemuda ini meloncat bangun, wajahnya agak pucat dan napasnya terengah, namun dia tidak terluka, sedangkan ketika dia menoleh ke arah Hek Tok Siansu, kakek itu rebah terlentang dan telah tewas!

Kini barulah tosu Pek-lian-kauw itu tahu apa yang terjadi. Hek Tok Siansu tewas karena tanpa disadarinya dia telah membantu pemuda itu yang mampu menerima dan menyalurkan tenaga hantamannya tadi untuk menyerang Hek Tok Siansu. Diapun menjadi marah, lalu meneriaki kawan-kawannya untuk mengeroyok Hay Hay.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar