Ads

Jumat, 05 Oktober 2018

Jodoh si Mata Keranjang Jilid 109 (TAMAT)

Biarpun kini bertambah dengan Hay Hay, tetap saja para pendekar itu kewalahan menghadapi pengeroyokan musuh yang sedemikian banyaknya. Mereka segera bergabung membentuk sebuah lingkaran dengan saling membelakangi. Empat orang pendekar atau dua pasang orang muda perkasa itu masing-masing menghadap empat penjuru sehingga pihak musuhnya hanya dapat menyerang mereka dari depan dan kanan kiri saja.

Kalau saja Hay Hay dan Han Siong tidak memiliki kekuatan sihir yang hebat di samping ilmu silat mereka, agaknya mereka berempat tidak akan dapat bertahan terlalu lama. Namun, kedua orang muda perkasa ini berulang-ulang mengeluarkan bentakan-bentakan yang menggetarkan, membuat banyak pengeroyoknya terjungkal tanpa dipukul, terpelanting atau terjengkang karena pengaruh suara yang mengandung kekuatan sihir Hay Hay dan Han Siong.

Namun, mereka tidak melihat kesempatan untuk melarikan diri karena pengepungan itu berlapis-lapis dengan datangnya bala bantuan bagi musuh yang mengalir keluar dari kota Cong-cow. Keadaan benar-benar gawat! Bahkan empat orang pendekar muda itu sudah menerima beberapa kali serangan yang mendatangkan luka di tubuh mereka, walaupun berkat kelihaian mereka, luka-luka itu tidaklah parah.

Keadaan yang amat gawat bagi dua pasang pendekar itu tiba-tiba berubah ketika terdengar suara tambur dan sorak-sorai, diikuti munculnya pasukan pemerintah yang besar jumlahnya! Diantara para panglima dan perwira yang memimpin pasukan itu terdapat pula Mayang, Cang Hui dan Teng Cin Nio! Bahkan Cang Sun yang tidak pernah bertempur itu terdapat pula diantara mereka.

Tentu saja gerombolan pemberontak itu tidak mudah di basmi, bahkan pasukan-pasukan yang dipimpin langsung oleh Menteri Yang Ting Hoo itu terus menyerbu ke dalam kota Cong-cow, bergabung dengan pasukan pemerintah yang masih setia kepada pemerintah dan tidak ikut terseret ke dalam gerombolan persekutuan pemberontak.

Hay Hay, Kui Hong, Han Siong dan Bi Lian tidak ikut menyerbu ke kota itu, melainkan menumpang dalam kereta besar bersama Cang Sun, Mayang, Cang Hui dan Cin Nio, kembali ke kota raja.

Dua pasang pendekar itu sempat saling mengobati luka-luka kecil di tubuh mereka, kemudian mereka semua menghadap Menteri Cang Ku Ceng yang menyatakan penyesalannya bahwa keluarganya sampai diselundupi orang-orang macam Su Bi Hwa dan Sim Ki Liong sehingga hampir saja mendatangkan malapetaka, bukan hanya bagi keluarga, melainkan juga bagi istana kerajaan.

Menteri Cang Ku Ceng dengan keluarganya menyambut gembira ketika puteranya, Cang Sun menyatakan keinginannya untuk menikah dengan Mayang dan Cin Nio sekaligus! Dalam kesempatan ini, Cang Sun yang tentu saja sudah dibujuk oleh Mayang, minta kepada ayahnya agar suka menjadi wali bagi Hay Hay untuk mengajukan pinangan ke Cin-ling-pai, meminang Cia Kui Hong untuk menjadi jodoh Hay Hay. Bahkan dia menyatakan, tentu saja atas desakan Mayang pula, bahwa hari pernikahannya akan dibarengkan dengan hari pernikahan Hay Hay. Menteri Cang Ku Ceng yang merasa betapa besar jasa Hay Hay selama ini, menyatakan setuju.

Orang-orang Portugis, untuk sekian kalinya, kembali di halau pergi oleh pasukan pemerintah dari kota Cong-cow. Banyak diantara mereka yang tewas bersama sekutu mereka di Cong-cow dan sisanya di halau pergi, melarikan diri dengan kapal-kapal mereka ke lautan.






Akan tetapi, agaknya pemerintah kerajaan Beng tidak pernah jera menghadapi kecurangan orang-orang Portugis. Memang tertanam kebencian dan kecurigaan terhadap orang-orang kulit putih karena ulah orang-orang Portugis yang merupakan pendatang orang kulit putih pertama di daratan China. Akan tetapi pemerintah dan para pedagang melihat keuntungan besar dengan adanya perdagangan antara bangsa pribumi dengan orang-orang asing barat itu. Rempa-rempa yang dianggap kurang berharga di daratan Cina, amat dihargai oleh orang-orang kulit putih, dan rempa-rempa itu ditukar dengan benda-benda asing yang langka didapat di daratan.

Perdagangan yang dianggap menguntungkan kedua pihak inilah yang membuat pemerintah kerajaan merasa sayang untuk menolak sama sekali kedatangan orang-orang Portugis. Akhirnya, beberapa tahun kemudian, dalam tahun 1557, pemerintah yang di dukung oleh pejabat daerah yang memperoleh banyak keuntungan melalui pajak dan sogokan perdagangan itu, mengijinkan orang-orang Portugis untuk mendarat di Macao, sebuah semenanjung di Kanton, sebuah tempat yang terpencil dan jauh dari kota-kota yang penting.

Bahkan sebuah pasukan yang kuat ditempatkan di perbentengan untuk mencegah orang-orang Portugis masuk ke pedalaman. Karena ulah orang-orang Portugis inilah maka sampai bertahun-tahun lamanya, rakyat Cina tidak percaya kepada orang-orang kulit putih, biarpun mereka itu bukan orang Portugis, melainkan dari daratan Eropa yang lain, seperti Belanda dan Inggris.

Cia Hui Song dan isterinya, Ceng Sui Cin, tentu saja menerima dengan penuh penghormatan ketika utusan Menteri Cang Ku Ceng datang untuk meminang Kui Hong, dijodohkan dengan Tang Hay. Suami isrteri ini sekarang yakin bahwa jodoh berada di tangan Tuhan, dan kalau puteri mereka sudah saling mencinta dengan Tang Hay, merekapun tidak mampu menghalangi.

Tak lama kemudian, dilangsungkan pernikahan pada hari yang sama antara Tang Hay dan Cia Kui Hong, dan antara Cang Sun dan kedua orang isterinya, yaitu Mayang dan Cin Nio. Perayaan pengantin kembar itu dirayakan secara besar-besaran di kota raja, di gedung istana keluarga Menteri Cang Ku Ceng, dihadiri oleh para pejabat tinggi dan oleh tokoh-tokoh persilatan. Diantara mereka, hadir pula, tentu saja Pek Han Siong dan isterinya tecinta, yaitu Siangkoan Bi Lian.

Sampai disini selesailah sudah kisah Jodoh Si Mata Keranjang ini, disertai harapan pengarang semoga kisah ini, selain dapat menghibur pembacanya, juga mengandung manfaat bagi kita semua. Sampai jumpa di lain kisah.

TAMAT






Tidak ada komentar:

Posting Komentar