Ads

Sabtu, 24 November 2018

Pendekar Kelana Jilid 88

Para pimpinan Kui-jiauw-pang di puncak Kui-liong-san sudah bersiap menyambut kunjungan para tokoh kang-ouw yang hendak memperebutkan Pek-lui-kiam. Kedudukan Kui-jiauw-pang kuat sekali. Toa Ok, Ji Ok dan Sam Ok telah mendatangkan banyak bala bantuan. Coa Leng Kun telah mengundang See-thian Su-hiap, empat orang tokoh Pek-lian-kauw yang memiliki ilmu silat tinggi dan ilmu sihir. Disitu berkumpul pula Bu-tek Ngo-sian, lima orang tangguh yang sudah lama menjadi pembantu Toa Ok dan Ji Ok.

Mereka merupakan tiga belas orang yang kesemuanya memiliki ilmu silat yang dapat diandalkan. Selain mereka, masih ada pula seregu pasukan Pek-lian-pai yang jumlahnya kurang lebih seratus orang dan yang kini sudah bergabung dengan pasukan Kui-jiauw-pang sendiri yang berkekuatan seratus orang lebih.

Pek-lian-pai telah berhasil menghasut Gubernur Ji dari propinsi Ce-kiang untuk memberontak. Dengan janji bahwa kalau pemberontakan mereka berhasil Gubernur Ji akan mereka angkat menjadi kaisar baru, Gubernur Ji setuju dan dia segera bersekongkol dengan Pek-lian-pai dan Kui-jiauw-pang. Karena mereka merasa belum kuat untuk memberontak dan menyerang pasukan kerajaan, maka kini mereka berniat untuk mengadu domba orang-orang kang-ouw dengan umpan pedang Pek-lui-kiam.

Hal ini selain dilakukan untuk mengacau ketenteraman, juga untuk melemahkan dunia kangouw yang sebagian besar condong membantu dan mendukung pemerintah kerajaan. Juga untuk memancing para tokoh kangouw membantu persekongkolan mereka dengan menjanjikan kedudukan yang tinggi kalau pemberontakan berhasil.

Tigabelas orang itu kini berkumpul mengadakan rapat untuk mengatur siasat. Para anak buah Kui-jiauw-pang disebar untuk mengamati gerakan orang-orang yang mendaki Kui-liong-san, dibantu oleh orang-orang Pek-lian-pai. Toa Ok dan Ji Ok memimpin pertemuan itu didalam ruangan yang luas dalam rumah induk Kui-jiauw-pang.

“Coba ceritakan kembali pertemuan kalian dengan pemuda dan gadis yang lihai itu. Benarkah mereka telah membunuh sepuluh orang kita dan melukai belasan orang lainnya?” tanya Toa Ok kepada Bu-tek Ngo-sian.

Ciok Khi sebagai orang pertama dari Bu-tek Ngo-sian menjawab.
“Ketika itu kami berlima melihat seorang pemuda dan seorang gadis mengamuk dan merobohkan belasan orang anggauta Kui-jiauw-pang yang mengeroyok mereka. Kami segera menyerang mereka, akan tetapi ternyata mereka lihai sekali. Bahkan gadis itu memiliki ilmu sihir. Terpaksa kami melarikan diri karena tidak kuat melawan mereka.”

“Bodoh kalian! Melawan seorang muda dan seorang gadis saja tidak mampu mengalahkan mereka!” Toa Ok mengomel dan lima orang itu hanya menunduk saja.

Mendengar Toa Ok menegur Bu-tek Ngo-sian dengan marah, See-thian Su-hiap saling pandang dan orang tertua dari mereka, Kui Hwa Cu segera berkata.

“Harap Toa-pangcu tidak menegur mereka Bu-tek Ngo-sian. Pemuda dan gadis itu memang lihai bukan main. Kami sendiri sudah bertemu dan mengeroyok mereka dan mereka memang orang-orang muda yang memiliki kepandaian hebat. Ketika kami mengeroyok nona Pek Bwe Hwa, mereka berdua muncul dan terpaksa kami menggunakan bahan peledak untuk menyingkir. Nona Pek Bwe Hwa dan dua orang muda itu merupakan lawan yang tangguh, Toa-pangcu dan ini harus kami akui.”

Dengan hati lega Bu-tek Ngo-sian mendengarkan pembelaan secara tdiak langsung ini dan Ciok Khi berani membuka mulut melapor.

“Ada satu hal lagi yang perlu kami laporkan kepada Sam-wi Pangcu (tiga ketua) bahwa ternyata pemuda dan gadis itu tidak berbohong ketika mereka mengatakan bahwa yang membunuh sepuluh orang anggauta Kui-jiauw-pang itu bukan mereka.”

“Hemm, bagaimana engkau bisa tahu bahwa bukan mereka pembunuhnya? Lalu siapa yang membunuh?”

“Dari para anggauta yang melakukan penguburan kami mendengar bahwa sepuluh orang itu tewas terkena anak panah beracun. Kami mendatangi kuburan mereka dan menyuruh gali kembali untuk memeriksa. Dan ternyata mereka itu terkena anak panah dan pada gagangnya terdapat tulisan Lam Tok.”

“Ahhh….! Jadi Lam Tok kiranya yang membunuh mereka?” bentak Toa Ok marah.






“Agaknya memang benar begitu, Toa-pangcu.”

“Keparat Lam Tok. Belum bertemu dengan kami telah turun tangan membunuh anak buah kami. Pasti akan kutegur perbuatannya itu!”

Pada saat itu, seorang anggauta Kui-jiauw-pang masuk dengan muka pucat dan melapor kepada Toa Ok.

“Toapangcu di lereng selatan ada seorang gadis dan seorang pemuda yang sedang mengamuk!”

Mendengar laporan ini, Toa Ok marah sekali.
“Mari kita semua pergi ke sana! Dua orang muda itu harus dibunuh!”

Semua orang bangkit dari tempat duduknya dan serentak mereka berlari menuruni puncak bagian selatan, dan pelapor tadi menjadi penunjuk jalan.

Setelah tiba di lereng bagian selatan, mereka melihat seorang gadis cantik dan seorang pemuda tampan sedang dikeroyok belasan orang anggauta Kui-jiauw-pang yang dibantu lima orang angguta Pek-lian-kauw. Sudah ada beberapa orang pengeroyok yang roboh dan dua orang muda itu masih mengamuk, si pemuda memainkan sebatang pedang dan gadis itupun mengamuk dengan pedangnya. Melihat mereka, See-thian Su-hiap dan Bu-tek Ngo-sian berbisik,

“Bukan, bukan mereka…..!”

Mendengar ucapan mereka itu, Toa Ok lalu melompat maju dan membentak.
“Bocah-bocah lancang! Berani benar kalian mengacau di Kui-liong-san!”

Bentakan itu mengandung tenaga khikang yang amat kuat sehingga suara itu seolah menggetarkan bumi. Pemuda dan gadis itu bukan lain adalah Tio Gin Ciong dan Siangkoan Cu Yin! Mendengar bentakan yang dahsyat itu, Gin Ciong dan Cu Yin maklum bahwa yang datang adalah seorang yang sakti bersama belasan orang lainnya. Cu Yin dan Gin Ciong melompat ke belakang dan sekali tangan Cu Yin bergerak, tiga batang anak panah sudah meluncur ke arah Toa Ok!

“Sing-sing-singgg……..!”

Toa ok menyambut dengan kedua tangannya dan dia sudah menangkap tiga batang anak panah itu. Ketika dia memeriksa, mata anak panah itu mengandung racun dan pada gagangnya terdapat dua huruf Lam Tok. Segera dia dapat menduga siapa adanya gadis yang ganas itu.

“Hemm, engkau puteri Lam Tok, bukan? Ada urusan apa engkau berani mengacau di tempat ini?”

Biarpun maklum bahwa tiga belas orang yang datang adalah orang-orang yang berkepandaian tinggi, namun Cu Yin sama sekali tidak kelihatan jerih.

“Aku memang puteri Lam Tok. Aku dan kawanku ini sedang melakukan perjalanan disini, mengapa orang-orang ini mengeroyok kami? Kalian datang hendak membantu mereka?”

“Hemm, gadis kecil, ayahmu sendiri Si Racun Selatan tidak berani memandang rendah kami! Dan engkau, anak muda. Siapakah engkau?”

Toa Ok mengamati wajah Gin Ciong dengan tajam penuh selidik karena tadipun dia melihat sepak terjang pemuda ini cukup hebat.

Gin Ciong tersenyum bangga.
“Ayahku adalah Majikan Pulau Beruang!”

Toa Ok membelalakkan matanya.
“Jadi engkau putera Tung-giam-ong Si Datuk Timur? Bagaimana kalian dapat berada disini? Dimana ayah kalian?”

Toa Ok mendapat pikiran yang bagus sekali. Gadis dan pemuda ini ternyata adalah puteri dan putera Lam Tok dan Tung-giam-ong. Alangkah baiknya kalau dia dapat menarik mereka menjadi sekutu, dengan demikian ada harapan baginya untuk menarik Lam Tok dan Tung-giam-ong menjadi sekutu pula.

“Bagus sekali! Kiranya kalian adalah puteri dan putera Lam Tok dan Tung-giam-ong yang memang kami tunggu-tunggu sebagai tamu-tamu kami. Nona, siapakah namamu, dan engkau anak muda, siapa namamu?”

Melihat sikap ramah kakek yang berkepala botak dan besar itu, Cu Yin mengerutkan alisnya.

“Sebelum kami memperkenalkan diri lebih dulu engkau yang mengatakan siapakah engkau dan apa hubunganmu dengan Kui-jiauw-pang?”

“Ha-ha-ha-ha!” Toa Ok tertawa bergelak. “Anak Lam Tok ternyata bernyali besar, tidak percuma menjadi puteri Lam Tok. Kalian ingin tahu siapa kami? Aku dan adikku ini adalah datuk-datuk dari barat.”

Cu Yin menyipitkan matanya.
“Toa Ok dan Ji Ok?” tanyanya.

“Ha-ha-ha, bagus kalau engkau sudah mengetahuinya. Akan tetapi sekarang kami menjadi ketua Kui-jiauw-pang aku menajdi Toa Pangcu, dan adikku menjadi Ji Pangcu dan yang berjubah merah itu adalah Sam Pangcu.”

Mendengar bahwa gadis dan pemuda itu adalah anak-anak Lam Tok dan Tung-giam-ong, Bu-tek Ngo-sian segera memperkenalkan diri mereka,

“Kami adalah Bu-tek Ngo-sian!”

“Perkenalkan, aku adalah Coa Leng Kun.”

Leng Kun juga memperkenalkan diri kepada gadis yang cantik molek itu, senyumnya memikat dan pandang matanya bersinar-sinar!

“Kami berempat adalah See-thian Su-hiap.” Empat orang tosu itiu tidak mau kalah memperkenalkan diri.

Mendengar sederetan nama julukan itu, diam-diam Cu Yin terkejut bukan main. Baru Toa Ok dan Ji Ok itu saja sudah merupakan dua orang tokoh yang kedudukannya setingkat dengan ayahnya. Dan masih banyak nama julukan yang terkenal mendampingi mereka! Iapun maklum bahwa terhadap mereka ini ia tidak boleh bersikap kasar karena mereka semua adalah orang-orang tangguh. Cu Yin cukup cerdik untuk mengubah sikap menjadi ramah kepada mereka.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar